
Dalam rangka mendukung pencapaian target Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030, Fakultas Geografi (FGe) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan workshop pada Senin (7/7) di Hotel Khas Tugu, Yogyakarta. Workshop yang merupakan bagian dari Work Package (WP) 2.4 ini mengusung tema “Penyamaan Persepsi Indikator Ecosystem-based Approach (EbA) dari Hasil Analisis Pemetaan EbA”.
Workshop tersebut merupakan forum koordinasi multipihak yang melibatkan berbagai lembaga dari tingkat nasional untuk mengidentifikasi ulang dan mengevaluasi daftar praktik baik EbA, mengidentifikasi kesenjangan teoritis antara praktik baik kegiatan EbA di berbagai daerah dengan kebijakan perubahan iklim nasional maupun internasional, dan menyelaraskan pemahaman serta menyusun indikator penilaian praktik EbA yang sesuai dengan prinsip-prinsip mitigasi perubahan iklim.
Salah satu poin utama yang dibahas adalah perlunya klasifikasi praktik-praktik untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan/atau meningkatkan cadangan menggunakan indikator penilaian praktik EbA yang jelas dan terstandar secara nasional agar dapat mendukung tujuan program Indonesia’s FOLU Net Sink 2030.
Selain itu, workshop menekankan pentingnya mendokumentasikan contoh praktik baik, misalnya penanaman pohon buah dalam skala desa, pengembangan Kampung Ramah Air Hujan dengan instalasi IPAH, pemanfaatan gulma menjadi pupuk organik cair, hilirisasi produk madu galo-galo, serta penyusunan geoportal spasial untuk monitoring intervensi.
Lebih lanjut, praktik-praktik baik yang telah terdokumentasi dan hasil klasifikasi kemudian dimuat dalam website geoportal yang dapat diakses oleh berbagai pihak. Dengan demikian, praktik-praktik yang dimaksud dapat diimplementasikan di lokasi lain untuk kebutuhan yang serupa.
Rangkaian kegiatan yang dibahas dan direncanakan dalam workshop ini secara langsung mendukung pencapaian sejumlah Sustainable Development Goals (SDGs). Diantaranya pada aspek pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan SDGs ke-1 dan ke-8 yang ditunjukkan pada inisiatif diversifikasi penghidupan masyarakat sekitar kawasan hutan dan gambut menjadi fokus penting.
Sedang upaya menjaga ketahanan pangan lokal melalui penanaman pohon buah mendukung SDGs ke-2: Tanpa Kelaparan, pengelolaan air hujan dan perlindungan sempadan sungai berkaitan erat dengan SDGs ke-6: Air Bersih dan Sanitasi Layak.
Sementara pemulihan ekosistem gambut, revegetasi lahan kritis, serta pengendalian degradasi dan kebakaran secara terpadu selaras dengan SDGs ke-12, ke-13, dan ke-15, yang menekankan konsumsi dan produksi berkelanjutan, aksi iklim, serta perlindungan keanekaragaman hayati.
Selain itu, skema kerja sama lintas sektor yang terbangun dalam forum ini merefleksikan semangat SDGs ke-17 mengenai kemitraan untuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Secara keseluruhan, workshop ini tidak hanya menjadi sarana berbagi informasi, tetapi juga menjadi wadah pembelajaran bersama antarlembaga mengenai strategi implementasi EbA yang inklusif, terukur, dan terintegrasi dengan kebijakan nasional pengendalian perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.
