Pulau-pulau kecil dengan kepadatan penduduk yang tinggi sering kali menghadapi masalah lingkungan yang cukup serius, salah satunya adalah pencemaran air akibat limbah domestik. Ditambah lagi jika wilayah tersebut tidak memiliki pengelolaan air limbah yang memadai, pencemaran dari sumber domestik dapat mempengaruhi kesehatan ekosistem laut.
Fenomena inilah yang menjadi latar belakang Dr. Rika Harini, S.Si., MP., dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), bersama tim untuk memilih Pulau Bungin, salah satu pulau dengan kepadatan penduduk tertinggi yang terletak di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, sebagai fokus studi pada penelitian ini.
Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis keadaan air laut yang dipengaruhi oleh pencemaran air limbah domestik.
Pada April hingga Agustus 2024, tim peneliti mengumpulkan sampel air laut dari tiga lokasi di sepanjang area laut untuk menganalisis dampak polusi domestik terhadap kualitas air laut. Pengujian dilakukan secara ex-situ, dengan enam parameter untuk air laut, termasuk parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi.
Status mutu kualitas air laut tersebut ditentukan dengan menggunakan metode indeks pencemaran yang memudahkan perhitungan dan analisis.
Selain menganalisis sampel air laut permukaan, tim peneliti juga memasukkan sampel air limbah domestik dengan menggunakan tujuh parameter untuk mengevaluasi dan memprediksi beban pencemaran yang mempengaruhi ekosistem perairan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya indikasi pencemaran ringan di seluruh lokasi yang diuji dengan aktivitas domestik seperti pembuangan limbah rumah tangga sebagai sumber utama pencemaran. Parameter utama yang teridentifikasi selama musim kemarau adalah kadar oksigen terlarut dan total padatan tersuspensi. Sementara itu, parameter utama pada musim hujan adalah salinitas dan ortofosfat.
Selain itu, sampel limbah domestik yang diuji juga mengungkapkan bahwa beberapa indikator kualitas, seperti kebutuhan oksigen kimia (COD), padatan tersuspensi (TSS), minyak dan lemak, serta total koliform, berada di bawah ambang batas mutu yang dapat diterima. Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu hal ini dapat memberikan kontribusi terhadap beban pencemaran harian yang semakin meningkat dan dapat mengancam ekosistem laut di Pulau Bungin.
Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang risiko jangka panjang yang dihadapi oleh pulau-pulau kecil dengan tingkat populasi yang terus bertambah. Tanpa pengelolaan limbah domestik yang memadai, akan menyebabkan masalah di masa depan yang mengancam ekosistem laut. Oleh karenanya, diperlukan tindakan mitigasi yang tepat guna mencegah eskalasi masalah lingkungan yang lebih parah di masa mendatang.
Temuan ini tidak hanya relevan untuk kondisi di Pulau Bungin, tetapi juga menjadi wawasan dan informasi baru yang bermanfaat untuk keberlanjutan ekosistem perairan di seluruh dunia.
Selengkapnya tentang penelitian ini dapat diakses melalui Global Journal of Environmental Science and Management Volume 11, Issue 1, Pages 177 – 192, December 2025 atau link https://www.gjesm.net/issue_50773_50774.html.