Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu mengubah batas-batas pengetahuan. Kemajuan tersebut dapat memunculkan teknologi disruptif yang berdampak besar pada masyarakat perkotaan, seperti metaverse, digital twins, dan berbagai konsep menarik lainnya.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Prof. Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T., dosen Fakultasi Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama timnya berjudul “Metaverse, Digital Twins, and Smart Sustainable Urban Development Concepts for Nusantara Capital City, Indonesia” ini menekankan bagaimana konsep-konsep seperti kembaran digital, metaverse, dan pembangunan perkotaan berkelanjutan dapat berkontribusi pada pengembangan Nusantara dan menjadi salah satu terobosan inovasi dalam pembangunan ibu kota.
Pasalnya, metaverse sendiri merupakan dunia virtual yang melibatkan interaksi antarmanusia dalam lingkungan digital yang mirip dengan dunia nyata.
Berbeda dengan metaverse, yang memanfaatkan realitas tertambah dan realitas virtual untuk memperluas ruang fisik, urban digital twin (kembaran digital perkotaan) dapat menjadi alat penting dalam merancang infrastruktur dan pengelolaan kota pintar yang berkelanjutan.
Di sisi lain, karena berbagai tantangan di wilayah perkotaan seperti kepadatan penduduk dan urbanisasi, kebutuhan akan fasilitas perkotaan juga menjadi masalah yang dihadapi oleh ibu kota. Pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan sejalan dengan permasalahan kota. Meskipun demikian, sumber daya perkotaan, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi pengekspor solusi, salah satunya dengan melakukan inovasi. Pembangunan perkotaan yang berkelanjutan menjadi inti dalam membangun ibu kota baru Indonesia, Ibu Kota Nusantara (IKN).
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi implementasi konsep pembangunan perkotaan masa depan, terutama yang terkait dengan peran kota sebagai ibu kota negara.
Data diperoleh dari wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD), dan hasil kuesioner yang diambil dari para ahli perkotaan serta Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan pembuat kebijakan. Tiga FGD tersebut dilaksanakan di Penajam Paser Utara, Kota Balikpapan, dan Kota Samarinda, yang masing-masing dihadiri 30 peserta dari instansi daerah terkait pembangunan TIK Ibukota Nusantara.
Secara umum, pengembangan konsep Smart City untuk meningkatkan tata kelola dan pembangunan perkotaan di Ibukota Nusantara ini mencakup beberapa area utama: transportasi dan mobilitas, tata kelola, sumber daya alam dan energi, industri dan tenaga kerja, kualitas hidup, serta lingkungan dan infrastruktur binaan.
Namun, ketersediaan data dan informasi masih menjadi salah satu tantangan dalam penerapan digital twin di Ibu Kota Nusantara. Selain itu, keterbatasan infrastruktur digital, sumber daya manusia, dan anggaran menjadi beberapa tantangan dalam penerapan teknologi di Ibu Kota Nusantara.
Tantangan dan hambatan dalam penerapan konsep metaverse dan digital twin memerlukan strategi cerdas atau cara inovatif untuk mengubah prinsip komputasi menjadi praktik yang dapat diterapkan.
Mempertimbangkan tantangan tersebut, masih diperlukan perencanaan yang matang, pengembangan kebijakan yang adaptif, dan memastikan keterlibatan semua pemangku kepentingan dalam proses transformasi ini untuk memastikan penerapan teknologi yang sukses dan berkelanjutan di IKN.
Selain itu, meskipun rencana tata ruang dan induk IKN telah memasukkan prinsip berkelanjutan, analisis tambahan diperlukan untuk menilai pelaksanaan pembangunan perkotaan cerdas dan berkelanjutan.
Selengkapnya tentang hasil dan pembahasan pada penelitian dapat diakses melalui link berikut https://iieta.org/journals/ijsdp/paper/10.18280/ijsdp.191210