Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) sukses menyelenggarakan Seminar Nasional Geografi VI, sebuah forum ilmiah yang secara tegas menyoroti peran sentral ilmu geografi dalam menjawab tantangan multidimensi dari krisis iklim global pada Sabtu (6/7). Mengusung tema “Peran Ilmu Geografi dalam Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim, Pencapaian Net Zero Emission, dan Pengembangan Ekonomi Hijau Berkelanjutan,” acara yang dilaksanakan secara daring ini menjadi platform krusial untuk mengkaji solusi berbasis bukti dan memperkuat kolaborasi lintas sektor.
SDG 7: Energi Bersih dan Terjangkau
Bagi sebagian orang, arah karier lulusan geografi kerap dipersepsikan membingungkan. Padahal, keilmuan ini justru memiliki cakupan yang sangat luas dan dapat menembus berbagai sektor strategis, termasuk energi dan sumber daya alam. Potensi tersebut diharapkan mampu menjadi motor penggerak pembangunan sekaligus tulang punggung kemajuan Indonesia di masa depan.
Berangkat dari gagasan tersebut, Unit Pengembangan Karier dan Alumni (UPKA) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Career Development Talks #1 bertajuk “Unlock Your Geopower: Jelajah Inspirasi Karier Lulusan Geografi”. Pada sesi perdana ini, fokus pembahasan diarahkan pada sektor energi dan sumber daya. Melalui kegiatan tersebut, sebanyak 120 peserta diajak melihat peluang karier di bidang tersebut melalui pengalaman para alumni yang telah terjun di dunia profesional.
Bondan Galih Dewanto | Danang Sri Hadmoko | Nurul Fitrah Ramadhani | Admiral Musa Julius
Remote Sensing Applications: Society and Environment Volume 38, April 2025, 101555
Abstract
Throughout history, Ternate, a diminutive volcanic island located in the North Maluku Province of Indonesia, has functioned as a significant center of the nation’s social and economic activity. The Gamalama Volcano constituted a significant element of Ternate Island’s topography, and its eruption resulted in substantial disruption. The aims of this current contribution are: to monitor the historical activities of the Gamalama volcano and understanding the geothermal potential to support the energy needs in Ternate Island. The multi-temporal analysis was conducted to monitor the activity of Gamalama Volcano, utilizing satellite imagery spanning a period of 50 years. The imagery sources included Landsat 1, Landsat 4, Landsat 5, Landsat 7, ASTER, and Landsat 8. The present study employed the single-channel algorithm to derive the land surface temperature (LST). The band combination and ratio were utilized to infer the geological context and geothermal capacity of the Gamalama Volcano. The analysis of normalized differential vegetation index (NDVI) utilized in the calculation of LST has revealed that vegetation growth has occurred subsequent to certain volcanic eruptions. As per the LST data, the average temperature of the surface within the crater escalated to 38.472 °C during the eruption of 1997, thereby establishing it as the maximum temperature recorded in the past half-century. The volcanic activity of Gamalama Volcano was elucidated through the utilization of the LST technique, which has the capacity to cover various temporal intervals. The congruence between the LST data derived from Landsat and ASTER data substantiates the dependability of the LST methodology. The geothermal potential of approximately 16 °C has been observed in the crater and sand region of the volcano, along with the identification of supplementary hot spots in the north-eastern and western regions of the volcano’s primary structure. The utilization of Landsat 8 band combinations and band ratios has substantiated the presence of an area exhibiting elevated geothermal potential within the andesite and basaltic andesite geological formations. The practicality of utilizing multi-source optical satellites for monitoring volcanic activity has been exemplified by the multiple eruptions that have occurred at Gamalama Volcano. Furthermore, this technology could potentially be employed for conducting exploratory research into the geothermal potential of the region.
Dalam rangka memperingati Hari Bumi Sedunia, RRI Pro 1 FM menggelar talkshow Dialog Sore bertajuk “Energi Kita, Planet Kita” (Our Power, Our Planet). Pada kesempatan ini, Dr. Djaka Marwasta, M.Si., Dosen Laboratorium Kependudukan dan Sumberdaya Ekonomi (KSE) Departemen Geografi Lingkungan (GEL), Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (FGE UGM), hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut.
Seperti yang diketahui, salah satu masalah besar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terutama di Kota Yogyakarta, adalah masalah sampah. Menanggapi hal ini, Dr. Djaka menguraikan tentang urgensi energi baru terbarukan sebagai solusi untuk menjaga kelestarian planet bumi.
Dalam upaya bersama mengatasi perubahan iklim, Fakultas Geografi UGM menginisiasi Expert Meeting dua tahap yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, dan Non-Governmental Organizations (NGO) untuk membahas strategi mitigasi dan adaptasi pada sektor FOLU. Pada tahap pertama (7/11), melibatkan para pembuat kebijakan yang memiliki peran penting dalam merumuskan kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di sektor FOLU. Sedang tahap kedua (22/11) melibatkan sektor swasta dan organisasi non-pemerintah untuk membahas implementasi kebijakan tersebut di lapangan.
METCURE, akronim dari Methane Emission Treatment for Clean and Renewable Energy, merupakan inovasi terbaru dari mahasiswa Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berhasil membawa pulang medali emas dan juara kedua dalam ajang bergengsi Diponegoro Science Competition 2024 pada Sabtu (5/10) di Aula Gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi Jawa Tengah.
Karya hasil inisiasi Tim Geosains UGM yang beranggotakan Menliman Joyfal Gulo (Kartografi dan Penginderaan Jauh 2022), Mujaddid Azka Fikri Ghajali (Geografi Lingkungan 2023), dan Astri Sholikhah (Geografi Lingkungan 2023) menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi masalah lingkungan, khususnya emisi gas metana sekaligus menyediakan sumber energi terbarukan.
Perlindungan lingkungan dan sumber daya alam menjadi salah satu fokus utama dalam transformasi yang direncanakan pada rencana ini. Konsep pembangunan infrastruktur berkelanjutan yang memperhatikan perubahan iklim dengan mengedepankan solusi berbasis alam atau yang juga dikenal dengan Nature-based Solution (NbS) menjadi kunci untuk menghadirkan solusi yang cerdas dan ramah lingkungan. Penting untuk mencatat bahwa kontribusi para pihak memiliki peran krusial dalam penyusunan perencanaan yang mengedepankan prinsip ramah terhadap risiko perubahan iklim dan lingkungan.
Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi, UGM telah menyelenggarakan SDGs Seminar Series pada Launching Laboratorium Kewilayahan dan Tata Ruang Wilayah Departemen Geografi Pembangunan Adapun tema yang diusung adalah “Masa Depan Pembangunan Rendah Karbon Indonesia dalam Perspektif Pembangunan Wilayah”. Hal ini selaras dengan pilar yang diusung dalam SDGs, yakni pilar pembangunan ekonomi berupa tujuan ke-7 “Energi Bersih dan Terjangkau”. Selain itu, tema ini juga selaras dengan pilar pembangunan lingkungan berupa tujuan ke-12 “Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab” dan tujuan ke-13 “Penanganan Perubahan Iklim”. Seminar dilaksanakan secara luring di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada serta dilaksanakan secara daring menggunakan media Zoom meeting, live YouTube, dan live report story Instagram. Pembicara pada seri kali ini adalah Ibu Reny Windyawati, S.T., M.Sc. (Plt. Sekretaris Direktorat Jenderal Tata Ruang Kementerian ATR/BPN), Bapak Dr. Danang Yulisaksono, S.T., M.T. (Kabid Riset Inovasi Daerah dan Pengendalian BAPPEDA Kota Yogyakarta), dan Bapak Dr. Luthfi Muta’ali, S.Si., M.T. (Kepala Laboratorium Kewilayahan, Fakultas Geografi, UGM). Moderator seminar ini adalah Bapak Agung Satriyo Nugroho, S.Si., M.Sc. (Dosen Fakultas Geografi UGM). Welcome remarks diberikan oleh Bapak Dr. Erlis Saputra, M. Si. (Ketua Departemen Geografi Pembangunan Fakultas Geografi UGM). Sambutan seminar diberikan oleh Bapak Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc. (Dekan Fakultas Geografi, UGM.
Narasumber Ibu Reny menyampaikan terkait perubahan iklim dan urgensi pembangunan rendah karbon. Terdapat berbagai kebijakan-kebijakan yang mengacu pada komitmen-komitmen Indonesia terhadap upaya mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim sejak tahun 1994 dengan adanya ratifikasi UNICCC hingga di tahun 2022 dengan adanya enhanced NDC. Salah satu upayanya yaitu pembangunan rendah karbon. Pembangunan rendah karbon termasuk platform baru pembangunan yang bertujuan mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan sosial melalui kegiatan pembangunan rendah emisi dam meminimalkan eksploitasi sumberdaya alam dengan dasar utama SDGs ke-13. Kebjikan pemenuhan ruang terbuka, penguatan pengendalian pemanfaatan ruang dan tanah, pengembangan kawasan TOD di Kota, serta reforma agraria termasuk dalam kebijakan spasial dalam mendukung pengurangan dampak perubahan iklim.
Narasumber Bapak Danang membahas terkait implementasi Low Carbon dalam tata ruang di Yogyakarta serta menciptakan kota yang rendah karbon. Emisi gas rumah kaca masih menjadi permasalahan yang ada di Derah Istimewa Yogyakarta. Masalah lain yang belum terselesaikan adalah adanya permasalahan terkait sampah. Kondisi kota yang relatif kecil dan didominasi permukiman menjadikan emisi gas rumah kaca yang hadir kebanyakan berasal dari permukiman dan rumah tangga. Penanganan sampah yang telah dilakukan di Yogyakarta salah satunya adalah pengelolaan RDF. Upaya yang dilakukan Yogyakarta untuk mewujudkan branding “Yogyakarta: Kota Rendah Karbon” adalah penyediaan RTH sesuai ketentuan yang ada. RTH di Yogyakarta saat ini baru berkisar di angka 23% saja, dan masih didominasi RTH privat.
Narasumber Bapak Luthfi memaparkan terkait peran perguruan tinggi dalam mewujudkan pembangunan rendah karbon. Perhatian terhadap masalah iklim muncul dari kekhawatiran manusia terhadap kondisi bumi yang kian mengalami penurunan. Segala bentuk kebijakan, aturan, dan kesepakatan adalah tindak lanjut dari kepedulian terhadap masalah tersebut. Dalam mengatasi masalah iklim ini upaya utama yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan controlling terhadap serapan dan tangkapan emisi. Berbagai permasalahan terkait iklim nyatanya dapat digunakan sebagai kajian riset yang menarik bagi mahasiswa terutama mahasiswa geografi. Pemikiran-pemikiran itu dapat menjadi sumbangsih universitas terkait inovasi yang relevan dengan penyelesaian masalah iklim yang ada.
Sesi terakhir pada seminar ini merupakan sesi diskusi interaktif dari peserta yang terdiri tidak hanya dari unsur mahasiswa, tetapi juga dosen dari berbagai perguruan tinggi baik negeri dan swasta di seluruh Indonesia, pemerintah, private sektor, praktisi-pemerhati SDGs, serta masyarakat umum.
Terima kasih banyak kami haturkan kepada Ibu/Bapak yang telah berkenan hadir dalam SDG’s Seminar Series. Kami juga memohon maaf sebesar-besarnya atas segala yang tidak berkenan. Sekaligus mengundang Ibu/Bapak untuk berkenan hadir kembali dan mengajak kolega pada SDGs Seminar Series berikutnya dengan tema dan bahasan yang tidak kalah menarik. Terus ikuti perkembangan kami melalui https://lynk.id/sdgsseminarseries
Salam SDGs
Program Studi Magister Penginderaan Jauh Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada kembali menggelar Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilaksanakan pada 8-12 Juli 2024 di Provinsi Lampung. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman praktis kepada mahasiswa serta mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Kegiatan KKL yang diikuti oleh para mahasiswa Magister Penginderaan Jauh ini mengambil tema besar yang mencakup berbagai aspek penting seperti laut-pesisir, kesesuaian lahan, perkotaan, vegetasi, biodiversitas dan ekologi bentanglahan, banjir, dan longsor. Tema-tema ini tidak hanya relevan dengan isu lingkungan dan pembangunan daerah, tetapi juga sejalan dengan beberapa SDGs termasuk SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim), SDG 14 (Ekosistem Lautan), dan SDG 15 (Ekosistem Daratan).
Pembangkit listrik tenaga angin tanpa baling-baling mungkin masih terdengar asing bagi sebagian masyarakat. Konsep ini mengacu pada teknologi pembangkit listrik yang lebih efisien dan ramah lingkungan dengan mengeliminasi penggunaan baling-baling dalam turbin angin tradisional.
Belum lama ini, sekelompok mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan riset terkait topik tersebut. Penelitian ini diinisiasi oleh Samsul Ma’arip, mahasiswa Teknik Mesin, yang bersama timnya berusaha mengoptimalkan potensi pembangkit listrik tenaga angin tanpa baling-baling dengan menggunakan pendekatan multidimensional dan Internet of Things (IoT).