Tim OMO Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 melakukan kunjungan ke Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam rangka kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Kegiatan Result-Based Contribution Tahap Kesatu pada Implementing Partner (IP) Fakultas Geografi UGM, Jumat (17/10).
Sebagai salah satu Implementing Partner (IP) dalam program FOLU Net Sink 2030 yang diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Fakultas Geografi UGM memaparkan sejumlah capaian dan pembaruan hasil implementasi program. Fokus utama yang disampaikan meliputi penyusunan Matriks Indikator Nature-based Solutions (NbS) untuk menilai praktik baik pengurangan karbon di lapangan, pengembangan sistem geoportal berbasis data spasial, serta pembaruan kegiatan sepanjang 2024–2025.
Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Muhammad Kamal, S.Si., M.GIS., Ph.D., menjelaskan bahwa tahun ini merupakan tahun kedua pelaksanaan amanah kerja sama dengan KLHK dalam mendukung capaian target FOLU Net Sink 2030.
“Berbagai kegiatan telah dilakukan, termasuk forum diskusi kelompok (FGD) yang bertujuan menyinkronkan hasil kajian Ecosystem-based Approach (EbA) di lima wilayah prioritas dengan arah kebijakan iklim nasional dan konsep Nature-based Solutions (NbS),” ungkap Prof. Kamal.
Ia menambahkan, seluruh temuan dari kegiatan tersebut diintegrasikan ke dalam sistem geoportal agar dapat diidentifikasi dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak. “Saat ini, baik matriks maupun geoportal masih bersifat sukarela dan terbatas, namun Fakultas Geografi terus berupaya melibatkan berbagai mitra, termasuk BPDAS, untuk mulai menginput data ke dalam sistem. Harapannya, inisiatif ini dapat diperluas ke tingkat nasional,” jelasnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan, Dr. Ir. Mahfudz, M.P., yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, mengapresiasi inovasi yang telah dikembangkan oleh Fakultas Geografi UGM melalui pendekatan Ecosystem-based Approach berbasis geoportal. Menurutnya, ekosistem merupakan entitas yang dinamis sehingga membutuhkan kolaborasi lintas pihak untuk memastikan keberlanjutan dan kebermanfaatannya.
Senada dengan hal tersebut, Prof. Dr. Haruni Krisnawati S.Hut.,M.Si., Ketua Harian I OMO Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 sekaligus moderator acara menegaskan bahwa inovasi yang dilakukan UGM diharapkan tidak berhenti pada tahap studi kasus atau proyek percontohan, tetapi dapat dikembangkan menjadi kerangka kerja yang lebih luas dan berkelanjutan.
“Inovasi ini diharapkan mampu menjadi instrumen pemantauan target FOLU Net Sink, sekaligus mensinergikan berbagai aksi mitigasi dengan sistem yang ada di Kementerian Kehutanan. Dengan demikian, manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh institusi, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi masyarakat melalui kontribusi data dan informasi yang dihasilkan,” ungkapnya.
Kegiatan ini turut berkontribusi pada beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan. Melalui penguatan kebijakan berbasis data dan pengembangan sistem geoportal yang mendukung upaya pengurangan emisi karbon, program ini relevan dengan SDG 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dan SDG 14 (Ekosistem Laut).
Selain itu, proses kolaboratif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan juga mencerminkan kontribusi terhadap SDG 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh) serta SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), yang menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor dalam mewujudkan tata kelola lingkungan yang berkelanjutan dan inklusif.


