
Tim GeosainsCode Universitas Gadjah Mada (UGM) meraih juara pertama dalam kategori Innovative Essay Competition (IEC) pada The 22th Civil Engineering National Summit (CENS) yang diselenggarakan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI). Dua dari tiga anggota tim merupakan mahasiswa dari Fakultas Geografi (FGe) UGM, yaitu Astri Sholikhah dan Mujaddid Azka Fikri Ghajali dari Program Studi Geografi Lingkungan angkatan 2023, sementara satu anggota lainnya, Dina Inanda Kamila, berasal dari Teknik Arsitektur UGM. Capaian ini sekaligus mencatatkan sejarah baru sebagai tim pertama dari luar disiplin Teknik Sipil yang menjuarai kompetisi tersebut.
CENS UI pada tahun ini mengangkat tema “Future Proof Infrastructure: Enhancing Urban and Structural Viability through Digital Collaboration”, sedangkan Tim GeosainsCode mengusung subtema “Developing Sustainable Cities Through Digital Governance” melalui karya berjudul “SMARTERRA (Sustainable Mapping And Real-Time Environmental Resource Assessment): Transformasi Digital Ruang Hijau Perkotaan Gresik Melalui Integrasi Geospasial Modern”.
Mujaddid Azka Fikri Ghajali, salah satu tim, mengatakan bahwa pengembangan SMARTERRA berangkat dari permasalahan krusial yang dihadapi kota-kota di Indonesia, khususnya dalam pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) yang seringkali tidak terintegrasi dan kurang berbasis data akurat.
“Kota Gresik kami pilih sebagai studi kasus karena merepresentasikan tantangan kota berkembang yang mengalami tekanan urbanisasi tinggi namun memiliki potensi besar untuk implementasi teknologi geospasial modern,” terangnya.
Dalam merespons tantangan tersebut, tim merancang SMARTERRA, sebuah platform digital terintegrasi yang dirancang untuk mendukung pemetaan berkelanjutan serta penilaian sumber daya lingkungan khususnya RTH secara real-time, juga menawarkan solusi komprehensif bagi pengelolaan ruang hijau perkotaan yang berkelanjutan.
“Integrasi teknologi Internet of Things (IoT), sistem informasi geografis, dan sensor lingkungan dapat memberikan data real-time yang akurat tentang kondisi ruang hijau perkotaan,” ujar Azka.
Sementara SMARTERRA menyediakan berbagai fitur utama, seperti dashboard monitoring real-time, sistem peringatan dini untuk degradasi lingkungan, dan rekomendasi berbasis data untuk optimalisasi pengelolaan ruang terbuka hijau.
Selain itu, platform ini juga dilengkapi dengan aplikasi mobile yang dirancang untuk mendorong partisipasi publik, sehingga masyarakat dapat turut serta dalam proses pemantauan dan pelaporan kondisi lingkungan secara langsung dari lapangan.
“SMARTERRA mampu melakukan monitoring kualitas udara, kelembaban tanah, suhu lingkungan, dan tingkat kebutuhan RTH untuk memberikan dasar pengambilan keputusan yang kuat bagi pengelola kota,” tambahnya.
Kedepannya, Ia berharap sistem yang dibuat oleh timnya dapat dikembangkan lebih luas lagi tidak hanya Kota Gresik, sehingga dapat dapat membantu untuk mengatasi tantangan perkotaan melalui pendekatan teknologi yang berkelanjutan.
“Sistem ini berpotensi untuk diimplementasikan tidak hanya di Kota Gresik, tetapi juga di berbagai kota lain di Indonesia yang menghadapi tantangan serupa dalam pengelolaan ruang hijau,” pungkasnya.