Kualitas air seringkali terabaikan dan tidak menjadi prioritas utama. Padahal, air yang tampak bersih belum tentu aman untuk dikonsumsi. Banyak masyarakat beranggapan bahwa air yang tidak berbau dan berasa berarti layak minum. Faktanya, air tercemar mengandung zat-zat berbahaya yang tak kasat mata ini berdampak buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang.
Merespons permasalahan pada kualitas air sungai di Indonesia, Lathifah Hanum bersama Aleydya Arda Kautsaretta dan Amanda Putri Murjoko yang merupakan mahasiswa Geografi Lingkungan Angkatan 2021 Univeritas Gadjah Mada (UGM), menawarkan inovasi berbasis Geography Information System (GIS) bernama “HydroC” sebagai solusi cerdas untuk mengevaluasi kualitas sungai di Indonesia, khususnya di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Winongo.
“Kami melihat banyak warga yang menggunakan langsung air sungai Winongo yang tercemar, bahkan warna sungainya sudah tidak jernih tetapi masyarakat masih menggunakan air untuk mandi, mencuci pakaian, hingga pada tahap mencuci makanan untuk dikonsumsi,” terang Lathifah saat diwawancara tim Humas pada Kamis (17/10).
Selain itu, tambahnya, masyarakat masih enggan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal yang sudah disediakan pemerintah. Sebagian besar masyarakat memilih membuang limbah rumah tangga langsung ke septic tank, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah yang lebih kompleks.
Mengenal HydroC
HydroC merupakan inovasi berbasis website yang dirancang untuk memantau kualitas air sungai, kualitas air di IPAL, distribusi IPAL, serta peta kerentanan Sub DAS terhadap pencemaran.
HydroC memberikan beragam fitur seperti peta interaktif, informasi tentang IPAL, berita terkini, dan layanan aduan sebagai upaya untuk menjembatani komunikasi antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya mengatasi masalah kualitas air.
“HydroC mampu memvisualisasikan data kualitas air, kerentanan pencemaran air permukaan, dan distribusi IPAL. Platform ini juga memberikan rekomendasi langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pencemaran, sehingga dapat memberikan langkah lanjutan dan meningkatkan partisipasi setelah masyarakat menyadari pentingnya masalah kualitas air,” jelas Lathifah.
Proses Penelitian dan Tantangan yang Dihadapi
Lathifah dan Tim mengandalkan berbagai sumber data, termasuk studi literatur, analisis data dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPKP) terkait permukiman kumuh di bantaran Sungai Winongo, serta data kualitas air dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY.
Mereka juga memanfaatkan data sekunder seperti Digital Elevation Model (DEM), data satelit cuaca, dan data penggunaan lahan.
“Kami juga melakukan pengamatan langsung di lapangan, tepatnya di bantaran Sungai Winongo dan mengamati berbagai aktivitas masyarakat di sekitar sungai, kondisi fisik sungai, serta mengevaluasi kinerja IPAL komunal yang ada. Kami juga melakukan wawancara dengan warga setempat untuk mengetahui persepsi mereka mengenai keberadaan IPAL komunal,” ujar Lathifah.
Data-data yang diperoleh dari observasi lapangan ini kemudian digunakan sebagai dasar dalam merancang tampilan website HydroC yang mampu menyajikan informasi secara visual sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.
Kendati terhambat oleh keterbatasan waktu ditambah lagi dengan jumlah data yang besar, karya tulis HydroC dari Tim Mahasiswa Geografi UGM berhasil membawa pulang piala juara 1 dan best presentation dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Pekan Ilmiah dan Penalaran Mahasiswa 6.0 (LKTIN PENA) di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada 11-13 Oktober 2024 lalu.
Tidak cukup sampai disini, Lathifah dan Tim berharap inovasi HydroC dapat terus dikembangkan dan menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan kualitas air di Indonesia.
“Kami berharap penelitian ini dapat terus dikembangkan dan menjadi salah satu cara untuk menghilangkan gap antara masyarakat dan pemerintah dalam penanganan masalah kualitas air. Karena tujuan utama dari penelitian ini tidak lain untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan dari kedua belah pihak demi memperoleh hasil yang lebih optimal,” tutup Lathifah.