Di sebuah kota yang kerap diasosiasikan dengan efficiency and futurism, terdapat pula narasi yang lebih senyap namun tak kalah kuat, upaya untuk merawat keterhubungan antara manusia, teknologi, dan alam. Selama hampir tiga pekan mengikuti ASEAN Summer Program dengan major Ecology and Earth System di Nanyang Technological University (NTU), Singapore, R. Muhammad Syarif Abdurrahman, peserta dari Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) mendapati bahwa sustainability bukanlah sekadar ambisi negara maju, melainkan a way of thinking yang bisa dirawat dan diadaptasi, sejauh ada collective will dan clarity of vision.
Sustainable Development Goals
Dalam rangka kolaborasi internasional antara University of Innsbruck, Austria, dan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), sebanyak 12 mahasiswa dan dua dosen pembimbing dari University of Innsbruck melakukan kolaborasi penelitian bersama Fakultas Geografi UGM dalam rangkaian program Waste Management in Yogyakarta and Surakarta (WAYS) dan Vendors In Street Trade – Ambiguities (VISTA).
Proyek kolaboratif ini berlangsung di Yogyakarta pada 5–10 Juli 2025 dan dilanjutkan di Surakarta hingga 15 Juli 2025. Bersama tim dari Fakultas Geografi UGM, mereka melakukan survei lapangan, wawancara mendalam, serta diskusi dengan pelaku usaha informal, organisasi masyarakat, dan instansi pemerintah di Kota Yogyakarta guna memperoleh data primer. Hasil awal proyek penelitian tersebut kemudian dipresentasikan pada Kamis, (10/7) di ruang Siti Nurbaya Center (SNC), Fakultas Geografi UGM.
Kegiatan tahunan Summer Course Program kembali hadir pada tahun 2025 dengan mengusung tema “Smart City, Digital Transformation and Society in Southeast” pada 23 Juni-10 Juli 2025. Kegiatan internasional tersebut diselenggarakan oleh Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada (UGM) didukung oleh Fakultas Geografi UGM dengan Koordinator Program, Prof. Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T., Ketua Minat Studi Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi UGM sekaligus Kepala Pusat Studi PSSAT.
Dua mahasiswa Program Studi Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 2021, Gammanda Adhny El Zamzamy Latief dan Muhammad Alsamtu Tita Sabila Pratama Suhartono, berhasil meraih beasiswa Monbukagakusho (MEXT) dari Pemerintah Jepang.
Beasiswa MEXT merupakan program yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang. Program ini menjadi salah satu skema beasiswa luar negeri yang cukup dikenal di Indonesia. Gammanda dan Alsam memperoleh beasiswa tersebut melalui jalur University Recommendation (U to U), yakni jalur kerja sama antara universitas asal dan universitas mitra di Jepang.
Sebagai bagian dari rangkaian International Workshop for Educators, sebanyak 50 guru dari SMA mitra Universitas Gadjah Mada (UGM) mengunjungi laboratorium-laboratorium di Fakultas Geografi UGM, Kamis (10/7) untuk melihat secara langsung aktivitas riset dan pembelajaran yang berlangsung di masing-masing laboratorium.
Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif tiga fakultas dalam Klaster Sains UGM yaitu Fakultas MIPA, Fakultas Biologi, dan Fakultas Geografi yang berkolaborasi menggelar workshop bertajuk “Deep Learning Curriculum for Creating Mindful, Meaningful, and Joyful Learning”.
Dalam rangka mewujudkan pembangunan daerah yang berbasis kajian ilmiah dan data spasial yang akurat, Pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu melakukan audiensi dengan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Rabu (9/7). Pertemuan ini menjadi langkah awal dari penjajakan kerja sama antara kedua pihak untuk mendukung terwujudnya program-program di kawasan tersebut. Terlebih dalam mewujudkan Taliabu Blueprint yang diinisiasi Sashabilla Lufitalia Widya Mus, Bupati Kab. Pulau Taliabu.
Kabupaten Pulau Taliabu dengan luasan wilayah sekitar ±1.469,93 km2 yang juga merupakan kategori daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) saat ini masih menghadapi tantangan dalam perencanaan pembangunan yang bersifat komprehensif dan berbasis data. Dalam audiensinya, Bupati Pulau Taliabu menyampaikan bahwa selama ini daerahnya belum memiliki dokumen arah pembangunan yang konkret, serta belum terdapat pemetaan potensi wilayah secara rinci hingga ke tingkat desa dan kecamatan.
Dalam rangka mendukung pencapaian target Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030, Fakultas Geografi (FGe) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan workshop pada Senin (7/7) di Hotel Khas Tugu, Yogyakarta. Workshop yang merupakan bagian dari Work Package (WP) 2.4 ini mengusung tema “Penyamaan Persepsi Indikator Ecosystem-based Approach (EbA) dari Hasil Analisis Pemetaan EbA”.
Workshop tersebut merupakan forum koordinasi multipihak yang melibatkan berbagai lembaga dari tingkat nasional untuk mengidentifikasi ulang dan mengevaluasi daftar praktik baik EbA, mengidentifikasi kesenjangan teoritis antara praktik baik kegiatan EbA di berbagai daerah dengan kebijakan perubahan iklim nasional maupun internasional, dan menyelaraskan pemahaman serta menyusun indikator penilaian praktik EbA yang sesuai dengan prinsip-prinsip mitigasi perubahan iklim.
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), melalui Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan (Lab. HKL) di bawah Departemen Geografi Lingkungan, secara resmi menerbitkan Majalah Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan edisi pertama pada Juli 2025 dan akan terbit secara berkala pada edisi-edisi selanjutnya. Inisiatif tersebut merupakan wujud nyata komitmen Lab. HKL dalam menyampaikan informasi ilmiah, hasil riset, serta isu-isu terkini di bidang hidrologi, klimatologi, dan lingkungan hidup kepada masyarakat luas.
Pemerintah Kota Salatiga melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) tengah menyusun dokumen Rencana Penanggulangan Kemiskinan Daerah (RPKD) untuk periode 2025–2029. Dalam proses penyusunannya, Bappeda Kota Salatiga menggandeng Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai mitra akademik.
Kepala Bappeda Kota Salatiga, Agung Hendratmiko, S.T., M.T., M.Si.,menyampaikan bahwa penyusunan dokumen ini merupakan langkah penting untuk mereview RPKD periode 2023–2027 juga memperkuat strategi dan program pengentasan kemiskinan yang lebih tepat sasaran.
Kehadiran Artificial Intelligence (AI) sebagai teknologi disruptif kini tidak hanya menjadi tantangan, tetapi juga membuka peluang strategis di berbagai sektor. Salah satunya dalam pengelolaan sumber daya alam, di mana implementasi Geo-AI muncul sebagai alternatif yang dapat menjawab tantangan kebutuhan analisis spasial termasuk dalam perhitungan cadangan karbon.
Menjawab kebutuhan tersebut, Tim Working Package (WP) 1.6 FOLU Fakultas Geografi (FGe) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan Pelatihan Sistem Geo-AI for Carbon Storage Assessment pada Senin (23/6) untuk mendukung Program Indonesia’s FOLU Net Sink 2030.