Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Rapat Terbuka Senat dalam rangka Dies Natalis ke-62, Senin (1/9), di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi. Melalui tema “Geografi Lestari” yang juga akronim dari Living Earth, Strengthening Together for Adaptive Resilience Initiatives, Fakultas Geografi meneguhkan komitmennya untuk menjaga keberlanjutan bumi sekaligus memperkuat ketangguhan adaptif dalam menghadapi tantangan zaman.
Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Muhammad Kamal, S.Si., M.GIS., Ph.D., menjelaskan bahwa tema Dies tahun ini sejalan dengan Rencana Strategis Fakultas Geografi 2021–2026 yang berfokus pada tema payung Sustainable Planet.
Tema tersebut mengajak seluruh sivitas akademika dan juga mitra untuk memperkuat kolaborasi dalam menjaga keberlanjutan bumi serta membangun ketangguhan adaptif menghadapi berbagai tantangan global.
“Lestari memiliki dua makna besar. Pertama, Living Earth yang menegaskan bahwa bumi adalah sistem kehidupan dinamis, tempat interaksi manusia dan alam. Kedua, Strengthening Together for Adaptive Resilience Initiatives, yang menekankan pentingnya kekuatan kolektif lintas disiplin, lembaga, sektor, dan generasi untuk menciptakan ketangguhan adaptif serta inklusif,” terangnya.
Komitmen tersebut, kata Prof. Kamal, telah diwujudkan dalam berbagai capaian di bidang pendidikan, pengajaran, kemahasiswaan, penelitian, pengabdian masyarakat, kerja sama, hingga pengelolaan keuangan, aset, dan sumber daya manusia. Pada tahun 2025, Fakultas Geografi mencatat 70 penelitian yang tersebar dalam berbagai skema hibah yang mencakup beberapa kata kunci utama yaitu, climate change, remote sensing, machine learning, serta smart city. Penelitian yang dilakukan tersebut telah menerapkan peta jalan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat periode 2021 – 2026 dengan tema Sustainable Planet.
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., menegaskan bahwa cita-cita mewujudkan bumi lestari sejalan dengan komitmen UGM dalam menumbuhkan green mindset behavior serta memperkuat tata kelola berbasis prinsip Safety, Health, and Environment. Menurutnya, hal tersebut berkaitan erat dengan misi Fakultas Geografi.
Lebih lanjut, Prof. Ova menjelaskan bahwa posisi UGM kini semakin diperkuat sebagai pusat unggulan penelitian mineral dan transisi energi berkelanjutan di Indonesia. Sehingga, diperlukan dukungan kerja kolaboratif lintas disiplin sekaligus membuka peluang kolaborasi global dalam pengembangan teknologi dan investasi energi.
“Dan yang paling kita tunggu dukungannya adalah keilmuan geografi, yang selama ini telah memberi dukungan nyata dan luar biasa untuk hal ini,” ujarnya.
Oleh karena itu, pada Dies kali ini, Prof. Ova menilai langkah Fakultas Geografi memberikan perhatian khusus terhadap semangat menjaga keberlanjutan sudah sangat tepat, termasuk dalam membangun ketangguhan adaptif dan inklusif guna menjawab tantangan zaman.
Dalam kesempatan tersebut, dosen Fakultas Geografi UGM, Dr. Agus Joko Pitoyo, S.Si., M.A., turut menyampaikan orasi ilmiah dengan judul “Geografi Lestari (Living Earth, Strengthening Together for Adaptive Resilient Initiative) : Upaya Mengantisipasi ‘Kehancuran’ Populasi.”
Ia menyoroti bahwa konsep Geografi Lestari menjadi pondasi penting kelangsungan hidup manusia di era Society 5.0 yang tengah menghadapi disrupsi teknologi, krisis iklim, degradasi lingkungan, dan ketidakadilan sosial. “Konsep Geografi Lestari mengingatkan bahwa bumi bukan hanya ruang hidup, melainkan sistem penopang kehidupan yang rapuh dan harus dijaga (Living Earth),” paparnya.
Hal ini, tambahnya, diperlukan kolaborasi lintas aktor dan generasi untuk memperkuat ketahanan bersama (Strengthening Together), serta mendorong aksi nyata yang adaptif, inovatif, dan berdaya lenting untuk menghadapi risiko masa depan (for Adaptive Resilient Initiative).
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa geografi sebagai ilmu yang mengintegrasikan dimensi manusia, fisik, dan teknologi geospasial sangat relevan untuk menjawab tantangan global. Dengan cara itu, ancaman tidak hanya dipahami, tetapi juga membangun strategi kolektif guna mencegah kehancuran populasi dan memastikan bumi tetap layak huni bagi generasi mendatang.
