
Desa Tengkurak, yang terletak di pesisir Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, telah mengalami abrasi parah selama beberapa dekade terakhir. Kondisi ini menyebabkan hilangnya garis pantai, mengancam tambak warga, serta berdampak negatif pada ekosistem lokal yang sangat penting.
Menanggapi permasalahan tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Gadjah Mada (UGM) Periode 2 Tahun 2025 Unit Tirtayasa berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (USNB), PT Chandra Asri Tbk, Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) Banten, PT Krakatau Steel, dan BPR Serang melakukan upaya konservasi ekosistem mangrove di wilayah ini.
Penanaman mangrove tersebut dilakukan bertepatan dengan peringatan Hari Mangrove Sedunia pada 26 Juli 2025. Total bibit mangrove yang akan ditanam mencapai 650 ribu pohon di atas lahan seluas 186 hektar selama tiga tahun ke depan di Desa Tengkurak.
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN-PPM UGM yang juga merupakan Dosen Fakultas Geografi UGM, Drs. Sudaryatno, M.Si., menjelaskan bahwa mangrove memiliki peranan penting dalam menyerap karbon dioksida dari atmosfer sehingga membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
Selain fungsi ekologis, katanya, bahwa ekosistem mangrove juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi melalui mekanisme perdagangan karbon (carbon trading).
“Jika rehabilitasi mangrove di Tengkurak dikembangkan secara serius dan mendapat verifikasi internasional, nilai ekonomi dari stok karbon yang tersimpan dapat jauh lebih besar dibandingkan estimasi harga lokal,” tambah Dr. Sudaryatno.
Sebagai gambaran, satu hektar hutan mangrove dapat menyimpan hingga 400 ton CO₂e (karbon dioksida ekuivalen). Dengan harga lokal minimum Rp 69.600 per ton, potensi nilai ekonomi konservasi mangrove mencapai Rp 27,84 juta per hektar. Sementara, jika dihitung dengan harga internasional sekitar US$ 80 (setara Rp 1,2 juta) per ton, potensi nilai ekonomi bisa mencapai Rp 480 juta per hektar. Dengan luas lahan konservasi 186 hektar, nilai ekonomi total konservasi mangrove di Tengkurak berpotensi mencapai miliaran rupiah.
“Program ini diharapkan tidak hanya memulihkan lingkungan, tetapi juga meningkatkan pendapatan masyarakat desa,” ujarnya.
Selain kegiatan penanaman, pada tahun ini mahasiswa KKN-PPM UGM Unit Sagara Tirtayasa bersama PT Chandra Asri juga melakukan pendekatan edukatif dan pemberdayaan masyarakat melalui sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya mangrove kepada warga dan pelajar setempat. Keduanya juga menyelenggarakan Seminar Konservasi Ekosistem Mangrove di wilayah Kabupaten Serang sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat.