• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
  • Informasi Publik
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Geografi
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi, Misi dan Tujuan
    • Sambutan Dekan
    • Manajemen
      • Pimpinan Fakultas
      • Senat Fakultas
      • Pengelola Departemen
      • Pengelola Program Studi
    • Civitas Akademika
      • Dosen
      • Staf Kependidikan
  • Pendidikan
    • Program Sarjana
      • Geografi Lingkungan
      • Kartografi dan Penginderaan Jauh
      • Pembangunan Wilayah
      • International Undergraduate Program
    • Program Pascasarjana
      • Program Studi Magister Geografi
      • Program Studi Magister Geografi Minat Pembangunan Wilayah
      • Program Studi Magister Geografi Minat MPPDAS
      • Program Studi Magister Penginderaan Jauh
      • Program Studi Doktor Geografi
    • Admisi
      • Program Sarjana
      • Program Pascasarjana
      • Program Fast Track S1 – S2
      • MATRIKULASI D4 ke S1
    • Akreditasi
  • Akademik & Kemahasiswaan
    • Peraturan Akademik
      • Panduan Akademik
      • Kode Etik Mahasiswa Geografi
      • Tata perilaku Mahasiswa UGM
    • Layanan Kemahasiswaan
    • Layanan Akademik
    • Kalender Akademik
    • Seputar Magang
    • Beasiswa
    • Organisasi Kemahasiswaan
    • Ikatan Profesi Dan Lembaga-Lembaga Lain
  • P2M
    • Penelitian & Pengabdian Masyarakat
    • Tracer Study
  • Kerja sama
    • Dalam Negeri
    • Luar Negeri
    • Alumni
  • Fasilitas
    • Akademik
    • Student Wellbeing
    • Peminjaman Ruang
    • Ruang Kebugaran
  • Beranda
  • Rilis
  • Waspadai Rip Current di Pantai, Pakar Geomorfologi UGM Soroti Pentingnya Literasi Geomaritim

Waspadai Rip Current di Pantai, Pakar Geomorfologi UGM Soroti Pentingnya Literasi Geomaritim

  • Rilis, Sustainable Development Goals
  • 3 Februari 2025, 07.22
  • Oleh: nailasalma
  • 0

Keindahan pantai di Gunungkidul, Yogyakarta, kembali dikejutkan oleh sebuah tragedi. Sebanyak 13 siswa dari Mojokerto terseret arus setelah berkunjung ke pantai Drini beberapa pekan lalu. Meskipun kejadian serupa bukanlah yang pertama kali, insiden ini kembali mengingatkan kita akan potensi bahaya yang tersembunyi di balik keindahan pantai, khususnya terkait fenomena arus balik atau rip current.

Bachtiar Wahyu Mutaqin, seorang pakar Geomorfologi dari Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), menjelaskan bahwa fenomena rip current adalah proses alam yang dapat terjadi di hampir semua pantai di Indonesia. Arus ini terbentuk ketika gelombang laut yang datang ke pantai bergerak secara horizontal, menekan ke arah daratan, sementara perbedaan kedalaman laut menciptakan tekanan lebih tinggi di beberapa titik. Ketika gelombang itu bertemu, terciptalah arus balik yang bergerak dengan cepat menuju laut lepas.

Faktor terjadinya rip current ini dapat disebabkan oleh perbedaan batimetri dan adanya penghalang seperti tanjung atau jeti. “Sepanjang sejarah memang korban di pantai selatan lebih banyak, tidak hanya di Gunung Kidul, tetapi juga di sepanjang pantai Yogyakarta dan pantai Jawa. Hal ini disebabkan oleh kondisi laut lepas yang tidak memiliki penghalang, angin kencang, serta cuaca ekstrem, yang meningkatkan pecah gelombang dan membangkitkan arus rip current,” tambahnya.

Menurutnya, salah satu yang menjadi kendala utama penyebab banyaknya korban adalah kurangnya pemahaman masyarakat, khususnya wisatawan tentang bahaya yang tersembunyi di balik keindahan pantai. Data menunjukkan bahwa sebagian besar korban adalah orang-orang yang tidak berasal dari daerah tersebut, seperti siswa-siswa maupun wisatawan mancanegara yang tengah berwisata.

Padahal, upaya antisipasi terhadap bahaya di pantai, seperti rip current, sudah dilakukan secara maksimal oleh tim SAR dan penjaga pantai. Namun, masalahnya adalah kurangnya pengetahuan yang memadai di kalangan pengunjung, terutama mereka yang tidak berasal dari daerah tersebut. Meski penelitian sudah dilakukan dan pemasangan tanda peringatan juga sudah tersebar, literasi terkait geomaritim atau geomorfologi pesisir masih perlu ditingkatkan.

“Literasi geomaritim memang masih menjadi pekerjaan rumah yang besar. Untuk meningkatkan pemahaman ini, banyak media yang bisa dimanfaatkan. Misalnya, dengan memasukkan topik-topik terkait keselamatan di pantai, aktivitas maritim, dan bahaya yang ada ke dalam kurikulum sekolah, baik untuk siswa maupun guru. Selain itu, film atau materi visual yang edukatif juga bisa digunakan untuk menyampaikan informasi ini kepada masyarakat luas,” terangnya.

Ia juga membagikan beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengidentifikasi rip current bagi masyarakat awam. “Pengunjung bisa bertanya kepada penjaga pantai tentang area yang aman untuk berenang. Atau, jika tidak ada, mereka bisa melihat dari tempat yang lebih tinggi untuk mengetahui apakah terdapat zona pecah gelombang yang berwarna putih dan buihnya terputus atau tidak. Jika buih gelombang terputus, itu bisa menjadi indikasi adanya rip current.” ujarnya.

Jika buih tidak terputus, hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan melihat apakah terdapat perairan yang lebih tenang dan warnanya relatif berbeda dibandingkan dengan perairan di sekitarnya. Hal ini juga dapat menjadi tanda adanya arus balik. Ia menambahkan bahwa bentuk pantai juga dapat memberikan petunjuk, karena arus balik seringkali berasosiasi dengan pantai yang berbentuk bulan sabit.

Bachtiar mengingatkan untuk tidak panik ketika terjebak dalam arus rip current, “jangan panik, yang harus dilakukan adalah membiarkan tubuh kita terbawa sejauh mungkin oleh arus, lalu berenanglah ke kanan atau kiri saat energi arus mulai melemah,” tambahnya. 

Kecepatan rip current yang bisa mencapai 5 meter per detik ini sangat sulit untuk dilawan, bahkan oleh perenang profesional sekalipun. Meskipun rip current tidak menenggelamkan seseorang secara langsung, namun dapat membuat korban kelelahan karena melawan arus. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara menghadapi situasi ini sangatlah penting. “Yang utama adalah jangan panik dan selalu memahami kondisi alam sekitar. Jika tidak tahu, minimal cari tahu. Jika tahu, kita bisa lebih siap menghadapi risiko yang mungkin terjadi,” kata Bachtiar menutup penjelasannya. 

Tags: SDG 11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan SDG 4: Pendidikan Berkualitas SDGs

Rilis Berita

  • Multitemporal Satellite Images For Monitoring The Volcanic Activities and Geothermal Potential of Ternate Island’s Gamalama Volcano, Indonesia’s densest Active Volcanic Island
  • Karst Rocky Desertification Delineation and Estimation of Potential Soil Loss in Tropical Karst Cockpits
  • Trigger Change! Innovations in Sustainable Urban Land Restoration Course Launch Program

Link Pendaftaran

Link Fakultas Geografi

Universitas Gadjah Mada

Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada
Sekip Utara, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Phone +62-274-6492340| 589595
Email: geografi@ugm.ac.id
Instagram : @geografiugm

Tentang

  • Sejarah
  • Visi Misi Tujuan
  • Pimpinan Fakultas
  • Senat Fakultas
  • Daftar Dosen Pengajar

Departemen

  • Geografi Lingkungan
  • Sains Informasi Geografi
  • Geografi Pembangunan
  • Pengelola Departemen
  • Pengelola Program Studi

Kemahasiswaan

  • Organisasi Kemahasiswaan
  • Layanan Kemahasiswaan
  • Seputar Magang

Layanan Terpadu

  • Heregistrasi
  • Surat Kemahasiswaan
  • Virtual Office Akademik

Informasi Publik

  • Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Tersedia Secara Berkala
Flag Counter

© 2018 Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada | IG: geografiugm

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY