The Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada, has been working with experts across the globe to create a global course on “Trigger Change! Innovative Urban Solutions for Land Restoration, A Global Course”. This global course is an initiation from the G20 (Group of Twenty) and the EU (European Union). The G20 Leaders’ Declaration, issued on 22nd November 2020, launched a “Global Initiative on Reducing Land Degradation and Enhancing Conservation of Terrestrial Habitats”. This declaration brought immense impacts and efforts to mitigate the land degradation from different perspectives. Based on a voluntary basis, the G20 countries share the ambition to achieve a 50 percent reduction in the amount of degraded land by 2040. The G20 Global Land Initiative (G20-GLI) with oversight from the United Nations for Combatting Climate Change and Desertification (UNCCD), will focus on capacity building, engaging the private sector and civil society, and showcasing success.
SDG 11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan
Data dan informasi geospasial menjadi dasar bagi berbagai kegiatan pemerintah daerah, seperti inventarisasi aset, pemetaan, perencanaan, dan monitoring pembangunan. Namun, ketersediaan data dan informasi geospasial yang akurat, serta penyimpanan dan penyajian informasi yang baik, masih menjadi kendala bagi pemerintah daerah.
Untuk meningkatkan motivasi dan memantau capaian penyelenggaraan data dan informasi geospasial, Badan Informasi Geospasial (BIG) setiap tahun genap menyelenggarakan Bhumandala Award. Pada tahun 2024, beberapa mitra kerja sama dan pendampingan Fakultas Geografi berhasil meraih penghargaan tersebut, antara lain:
Kerusakan lahan merupakan masalah serius yang mengancam keberlangsungan hidup manusia, dan pendidikan menjadi kunci dalam mengatasinya. Dalam upaya menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini, Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), mengadakan SDGs Seminar Series #105 bertajuk “Implementasi Edukasi Pengendalian Kerusakan Lahan pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama,” pada Selasa (29/10).
Prof. Muhammad Kamal, S.Si., M.GIS., Ph.D., Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan Fakultas Geografi UGM, dalam sambutannya menegaskan bahwa kerusakan lahan tidak hanya memengaruhi produktivitas lahan tetapi juga ekosistem serta kualitas hidup. “Pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan kesadaran menjaga lingkungan atau environmental literacy. Menanamkan nilai cinta lingkungan sejak dini kita membutuhkan keterlibatan mereka,” ujarnya.
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini menyelenggarakan pelatihan intensif selama empat hari (22-25 Oktober 2024) dengan fokus pada penerapan Pendekatan Berbasis Ekosistem (EbA) dan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Ekosistem (Eco-DRR) di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Pelatihan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas peserta dalam mengelola ekosistem secara berkelanjutan, sehingga dapat berkontribusi dalam mencapai target FOLU Net Sink 2030 dan mengurangi risiko bencana di Indonesia.
Sistem Informasi Geografis (SIG) mengalami perkembangan pesat beberapa tahun terakhir, terutama sebagai respons terhadap tantangan global seperti perubahan iklim, urbanisasi, dan krisis kesehatan masyarakat. Teknologi ini berguna untuk menganalisis data spasial terkait dengan dampak lingkungan, memfasilitasi perencanaan smart city, dan meningkatkan strategi respons bencana. Selama pandemi COVID-19, misalnya, SIG berperan penting dalam melacak penyebaran virus, mengoptimalkan alokasi sumber daya, dan memberi informasi kepada kebijakan kesehatan masyarakat.
Kualitas air seringkali terabaikan dan tidak menjadi prioritas utama. Padahal, air yang tampak bersih belum tentu aman untuk dikonsumsi. Banyak masyarakat beranggapan bahwa air yang tidak berbau dan berasa berarti layak minum. Faktanya, air tercemar mengandung zat-zat berbahaya yang tak kasat mata ini berdampak buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang.
Merespons permasalahan pada kualitas air sungai di Indonesia, Lathifah Hanum bersama Aleydya Arda Kautsaretta dan Amanda Putri Murjoko yang merupakan mahasiswa Geografi Lingkungan Angkatan 2021 Univeritas Gadjah Mada (UGM), menawarkan inovasi berbasis Geography Information System (GIS) bernama “HydroC” sebagai solusi cerdas untuk mengevaluasi kualitas sungai di Indonesia, khususnya di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Winongo.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) semakin serius mewujudkan kesetaraan gender. Melalui Perda No. 4/2023 tentang Pengarusutamaan Gender, daerah ini berupaya menjadikan ruang publik lebih inklusif dan ramah bagi semua.
Surani Hasanati, Peneliti Kelompok Studi Gender & Pembangunan sekaligus Dosen Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengakui responsif gender DIY termasuk terbaik dibandingkan daerah lain dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG) terbaik nasional.
“Meski demikian, hal itu harus terus ditingkatkan, mengingat tantangan semakin besar seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk perempuan,” ujarnya saat siaran radio pada Selasa (1/10).
METCURE, akronim dari Methane Emission Treatment for Clean and Renewable Energy, merupakan inovasi terbaru dari mahasiswa Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berhasil membawa pulang medali emas dan juara kedua dalam ajang bergengsi Diponegoro Science Competition 2024 pada Sabtu (5/10) di Aula Gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi Jawa Tengah.
Karya hasil inisiasi Tim Geosains UGM yang beranggotakan Menliman Joyfal Gulo (Kartografi dan Penginderaan Jauh 2022), Mujaddid Azka Fikri Ghajali (Geografi Lingkungan 2023), dan Astri Sholikhah (Geografi Lingkungan 2023) menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi masalah lingkungan, khususnya emisi gas metana sekaligus menyediakan sumber energi terbarukan.
Yogyakarta, 25 September 2024 – Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui Departemen Geografi Lingkungan telah sukses menyelenggarakan The 6th International Conference on Environmental Resources Management in Global Region (ICERM) pada tanggal 24 September 2024. Seminar internasional ini menghadirkan para peneliti, akademisi, dan praktisi dari berbagai negara untuk berbagi pandangan serta hasil penelitian terkait pengelolaan lanskap dan pembangunan berkelanjutan.
Dengan tema “Landscape Management and Development for Sustainable Livelihood,” ICERM 2024 bertujuan untuk membahas solusi terhadap tantangan degradasi lingkungan yang semakin mendesak. Konferensi ini menyoroti pentingnya manajemen lanskap yang berkelanjutan sebagai upaya menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan pelestarian lingkungan hidup.
Jumat, 13 September 2024 – Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan Kemantren Umbulharjo, Yogyakarta, melakukan koordinasi inisiasi kolaborasi pengelolaan sampah sebagai bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) Doktoral Ilmu Geografi (DIG) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada yang diketuai oleh Ketua Prodi DIG Ibu Dr. Margaretha Widyastuti, S.Si., M.T. Pertemuan tersebut berlangsung pada Jumat, 13 September 204 di Kemantren Umbulharjo dan dihadiri oleh beberapa tokoh penting dari pemerintah lokal. Diantaranya, Pejabat Mantri Umbulharjo Bapak Rajwan Taufiq, S.IP. M.Si, Lurah Warungboto Bapak Weda Satriya N., S.E., S.S., M.Ec., M.E. , dan Lurah Giwangan Ibu Dyah Murniwarini, A.Md. Adapun tim dari Fakultas Geografi yang berkegiatan selain Ibu Ketua Prodi DIG adalah Mohammad Isnaini Sadali, S.Si., M.Sc. Surani Hasanati, S.Si., M.Sc., , Muhammad Arif Fahrudin Alfana, S.Si., M.Sc., dan Seri Ariyati, S.Pd., M.Sc. Selain itu juga terlibat alumni Prodi Pembangunan Wilayah selaku asisten kegiatan yakni Salmaa Hersiana Putri, S.Si.
Kegiatan PkM ini merupakan kegiatan inisiasi pendampingan pengelolaan sampah antara Kalurahan Tridadi, Kabupaten Sleman dengan Kelurahan Giwangan, Kemantren Umbulharjo, Yogyakarta. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin terbatasnya lahan untuk tempat pembuangan sampah di Tridadi, pengelolaan sampah menjadi tantangan yang semakin kompleks. Merespon hal tersebut, DIG Fakultas Geografi UGM menggandeng Kemantren Umbulharjo, khususnya Kalurahan Giwangan yang dikenal sebagai kalurahan yang menerapkan praktik baik pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta yang kemudian dipilih sebagai lokasi praktik pembelajaran Kalurahan Tridadi.
Lurah Giwangan, menyampaikan bahwa wilayahnya telah sukses menerapkan beberapa program pengelolaan sampah yang inovatif. Salah satu inovasi penting adalah budidaya magot untuk mengolah sampah organik, yang telah berhasil mengurangi volume sampah di tingkat rumah tangga. Selain itu, Giwangan juga telah menerapkan sistem penanaman biopori, yang membantu dalam mengatasi sampah organik sisa makanan.“Giwangan memiliki 14 bank sampah aktif, yang berfungsi sebagai solusi untuk pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga. Hal ini menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam mengurangi tumpukan sampah di TPS (Tempat Pembuangan Sementara),” ujar Ibu Dyah Murniwarini. Tidak hanya itu, Giwangan juga menjadi satu-satunya wilayah di Yogyakarta yang memiliki TPS 3R (Reuse, Recycle, Reduce) dan dilengkapi dengan mesin RDF (Refuse Derived Fuel), sebuah teknologi canggih yang berfungsi untuk mencacah sampah sehingga sangat welcome apabila dijadikan praktik baik baik daerah lain khususnya pendampingan dari Geografi.
Kegiatan PkM ini dilakukan sebagai bagian kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi mendukung upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya pada tujuan 11 (Kota dan Permukiman yang berkelanjutan) dan tujuan 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab). Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan solusi pengelolaan sampah yang berkelanjutan dapat diterapkan di wilayah lain, serta mampu menginspirasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.