Dalam upaya memperkuat kualitas riset dan pengabdian kepada masyarakat, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan Workshop Reviewer dan Etika Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) pada Senin (28/07). Kegiatan yang diikuti oleh seluruh dosen Fakultas Geografi ini tidak hanya berfokus pada peningkatan keterampilan teknis dalam mereview proposal penelitian, tetapi juga menekankan pentingnya menjunjung tinggi etika dalam seluruh pelaksanaan tridharma perguruan tinggi.
Sustainable Development Goals
Dalam upaya memperkuat jejaring internasional, dua dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Dyah Rahmawati Hizbaron dan Dr. rer. nat. Arry Retnowati menjadi pembicara dalam program International Guest Lecture yang diselenggarakan oleh Universitas Duisburg-Essen (UDE), Jerman, pada periode 13–22 Juni 2025.
Kerja sama antara Fakultas Geografi UGM dan UDE bukanlah hal baru. Kolaborasi ini telah terjalin sejak kunjungan Prof. Dr. Rudolf Juchelka ke UGM dalam rangka akreditasi internasional yang dilaksanakan oleh lembaga akreditasi ternama, ASIIN.
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) WP 2.1 & 2.2 yang berjudul “Penyamaan Persepsi Hasil Kajian Landscape Dynamic dan Geoportal Tahap 2” yang berlanjut dengan “Sinkronisasi Hasil Kajian EbA di DAS Brantas”. Kegiatan yang berlangsung di Hotel Porta by Ambarukmo Yogyakarta pada Rabu-Kamis, 16-17 Juli 2025 bertujuan untuk mengidentifikasi theoretical gap kebijakan perubahan iklim berbasis FOLU Net Sink 2030 dengan praktik baik berbasis ekosistem di level tapak sebagai input di Sistem Geoportal. Sementara itu, kegiatan FGD 3 bertujuan untuk memetakan kesesuaian dan efektivitas matriks indikator bagi calon pengguna. FGD ini dihadiri oleh kurang lebih 30 peserta dari IP UGM dan berbagai unit pelaksana FOLU Net Sink tahun 2025.
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan Ujian Terbuka Promosi Doktor yang diikuti oleh Agung Satriyo Nugroho, S.Si., M.Sc. Dalam kesempatan ini, Agung mempresentasikan hasil penelitiannya yang mengangkat tema “Regionalisme Trans-Nasional dalam Organisasi Keruangan Kawasan Perbatasan Negara Indonesia” dengan studi kasus Pulau Sebatik.
Kawasan perbatasan selama ini masih identik dengan ketertinggalan dan ketimpangan dalam pembangunan, padahal kawasan tersebut memiliki posisi strategis baik secara ruang geografis maupun sosial-budaya masyarakat antar negara. Berangkat dari fenomena tersebut, Agung merumuskan konsep baru yang mengadopsi dari paradigma trans-nasionalisme dalam memahami karakter suatu wilayah.
Di sebuah kota yang kerap diasosiasikan dengan efficiency and futurism, terdapat pula narasi yang lebih senyap namun tak kalah kuat, upaya untuk merawat keterhubungan antara manusia, teknologi, dan alam. Selama hampir tiga pekan mengikuti ASEAN Summer Program dengan major Ecology and Earth System di Nanyang Technological University (NTU), Singapore, R. Muhammad Syarif Abdurrahman, peserta dari Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) mendapati bahwa sustainability bukanlah sekadar ambisi negara maju, melainkan a way of thinking yang bisa dirawat dan diadaptasi, sejauh ada collective will dan clarity of vision.
Dalam rangka kolaborasi internasional antara University of Innsbruck, Austria, dan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), sebanyak 12 mahasiswa dan dua dosen pembimbing dari University of Innsbruck melakukan kolaborasi penelitian bersama Fakultas Geografi UGM dalam rangkaian program Waste Management in Yogyakarta and Surakarta (WAYS) dan Vendors In Street Trade – Ambiguities (VISTA).
Proyek kolaboratif ini berlangsung di Yogyakarta pada 5–10 Juli 2025 dan dilanjutkan di Surakarta hingga 15 Juli 2025. Bersama tim dari Fakultas Geografi UGM, mereka melakukan survei lapangan, wawancara mendalam, serta diskusi dengan pelaku usaha informal, organisasi masyarakat, dan instansi pemerintah di Kota Yogyakarta guna memperoleh data primer. Hasil awal proyek penelitian tersebut kemudian dipresentasikan pada Kamis, (10/7) di ruang Siti Nurbaya Center (SNC), Fakultas Geografi UGM.
Kegiatan tahunan Summer Course Program kembali hadir pada tahun 2025 dengan mengusung tema “Smart City, Digital Transformation and Society in Southeast” pada 23 Juni-10 Juli 2025. Kegiatan internasional tersebut diselenggarakan oleh Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada (UGM) didukung oleh Fakultas Geografi UGM dengan Koordinator Program, Prof. Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T., Ketua Minat Studi Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi UGM sekaligus Kepala Pusat Studi PSSAT.
Dua mahasiswa Program Studi Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 2021, Gammanda Adhny El Zamzamy Latief dan Muhammad Alsamtu Tita Sabila Pratama Suhartono, berhasil meraih beasiswa Monbukagakusho (MEXT) dari Pemerintah Jepang.
Beasiswa MEXT merupakan program yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang. Program ini menjadi salah satu skema beasiswa luar negeri yang cukup dikenal di Indonesia. Gammanda dan Alsam memperoleh beasiswa tersebut melalui jalur University Recommendation (U to U), yakni jalur kerja sama antara universitas asal dan universitas mitra di Jepang.
Sebagai bagian dari rangkaian International Workshop for Educators, sebanyak 50 guru dari SMA mitra Universitas Gadjah Mada (UGM) mengunjungi laboratorium-laboratorium di Fakultas Geografi UGM, Kamis (10/7) untuk melihat secara langsung aktivitas riset dan pembelajaran yang berlangsung di masing-masing laboratorium.
Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif tiga fakultas dalam Klaster Sains UGM yaitu Fakultas MIPA, Fakultas Biologi, dan Fakultas Geografi yang berkolaborasi menggelar workshop bertajuk “Deep Learning Curriculum for Creating Mindful, Meaningful, and Joyful Learning”.
Dalam rangka mewujudkan pembangunan daerah yang berbasis kajian ilmiah dan data spasial yang akurat, Pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu melakukan audiensi dengan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Rabu (9/7). Pertemuan ini menjadi langkah awal dari penjajakan kerja sama antara kedua pihak untuk mendukung terwujudnya program-program di kawasan tersebut. Terlebih dalam mewujudkan Taliabu Blueprint yang diinisiasi Sashabilla Lufitalia Widya Mus, Bupati Kab. Pulau Taliabu.
Kabupaten Pulau Taliabu dengan luasan wilayah sekitar ±1.469,93 km2 yang juga merupakan kategori daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) saat ini masih menghadapi tantangan dalam perencanaan pembangunan yang bersifat komprehensif dan berbasis data. Dalam audiensinya, Bupati Pulau Taliabu menyampaikan bahwa selama ini daerahnya belum memiliki dokumen arah pembangunan yang konkret, serta belum terdapat pemetaan potensi wilayah secara rinci hingga ke tingkat desa dan kecamatan.