Studium Generale “Studying Frontiers of Development in Indonesia”
Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi, UGM telah menyelenggarakan Studium Generale “Studying Frontiers of Development in Indonesia”pada Senin, 7 Agustus 2023. Acara ini merupakan diskusi kolaborasi antara Fakultas Geografi UGM, Fakultas Kehutanan UGM, dan Utrech University mengenai konsekuensi dari pemindahan ibukota Indonesia yang akan dibangun di Kalimantan Timur. Adapun pembicara pada acara ini adalah Dr. Kei Otsuki (Associate Proffessor dari Utrech University) dan Prof. Rijanta (Dosen Prodi Pembangunan Wilayah, Universitas Gadjah Mada). Moderator pada acara ini adalah Ir. Rahmat Aris Pratomo, S.T., M.T., M.Sc., IPM (Dosen Prodi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Kalimantan).
Gambar 1. Narasumber dan Moderator pada Sesi Panel
Pada sesi pemaparan materi oleh Dr. Kei Otsuki dijelaskan bahwa perbatasan erat kaitannya dengan wilayah yang diperebutkan dan sulit diatur. Meskipun telah diatur dengan jelas dalam Undang-Undang, tetapi masalah perluasan perbatasan di Ibu Kota Nusantara masih berlanjut dan diperkirakan akan melampaui rencana formal perbatasan urbanisasi. Apabila hal ini terus dibiarkan akan berdampak pada lingkungan khususnya eksistensi dari hutan mangrove. Menurutnya pemindahan Ibu Kota Negara bukan merupakan hal yang mudah. Butuh waktu yang lama untuk menganalisis segala sesuatu secara komprehensif sehingga dapat tercipta pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dan inklusif. Selain itu, pendekatan antar dan transdisipliner ilmu serta kerjasama dalam penelitian sangat diperlukan untuk menciptakan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dan inklusif.
Gambar 2. Narasumber Berfoto Bersama dengan Para Peserta Luring Maupun Daring
Pada sesi pemaparan materi oleh Prof. Rijanta dijelaskan bahwa dampak dari adanya pemindahan Ibu Kota Negara yakni meningkatkan laju urbanisasi. Adanya urbanisasi ini akhirnya akan berdampak pada membludaknya populasi di Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan laporan, pertumbuhan penduduk di Kalimantan Timur mencapai 3,77% pada tahun 2022 dan akan menjadi dua kali lipat dalam 18 tahun mendatang. Permasalahan urbanisasi tersebut dapat diatasi dengan menggunakan konsep Desakota dalam kerangka Forest City. Karakteristik utama dari konsep Desakota yakni berupa lanskap pedesaan dengan basis ekonomi yang lebih mengarah ke arah non pertanian. Wilayah Desakota kemungkinan besar akan menjadi pola urbanisasi di Provinsi Kalimantan Selatan dimana koridor antarkota akan berperan sebagai pemain utama. (Rizki A. Ghiffari/UKLN)
Gambar 3. Dekan Fakultas Geografi Menyerahkan Kenang-kenangan kepada Dr. Kei Otsuki