
Dunia saat ini tengah menghadapi tantangan besar akibat perubahan iklim. Mandat global, termasuk yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), menegaskan pentingnya pengurangan emisi serta penerapan pembangunan rendah karbon (low carbon development).
Kondisi ini mendorong meningkatnya kebutuhan tenaga ahli di bidang lingkungan seiring dengan transisi menuju ekonomi hijau (green economy) dan target net-zero emission. Laporan ILO (2022) bahkan memperkirakan transisi tersebut akan menciptakan 24 juta lapangan kerja baru secara global pada 2030.
Menanggapi mandat global, Dr. Dyah Rahmawati Hizbaron, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan bahwa keilmuan geografi memiliki peran yang sangat strategis.
“Perubahan iklim membutuhkan keilmuan geografi, terutama dalam mengidentifikasi seberapa besar emisi yang dihasilkan, serta menentukan intervensi apa yang dapat mendukung upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, lulusan Geografi UGM harus dipersiapkan secara matang agar mampu menjawab tantangan global dan berkontribusi tidak hanya di tingkat lokal dan nasional, tetapi juga regional dan internasional.
Dalam rangka memperkuat kesiapan lulusan menghadapi dunia kerja di sektor keberlanjutan, Unit Pengembangan Karier dan Alumni (UPKA) Fakultas Geografi kembali menyelenggarakan kegiatan Career Development Talks 1 (CDT) dengan mengangkat tema Environmental Sustainability.
Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (23/08) dan Senin (25/08) tersebut menghadirkan sejumlah alumni yang berkarier di bidang tersebut untuk membagikan pengalamannya sekaligus memperluas wawasan mengenai prospek kerja karier hijau. Acara ini diikuti oleh 80 peserta yang terdiri atas mahasiswa aktif maupun alumni.
Salah satu narasumber, Subarno, alumni Prodi Geografi Lingkungan angkatan 2011 yang kini berkiprah sebagai nature-based solutions and carbon specialist di Daemeter, menekankan bahwa lulusan geografi memiliki peluang besar di sektor green jobs. Ia menjelaskan, permintaan terhadap tenaga ahli di bidang keberlanjutan terus meningkat, sementara ketersediaannya masih terbatas.
“Ketika ingin bekerja di sektor green jobs, setidaknya kita harus menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi masalah krisis dunia ini. Ada banyak posisi yang bisa diisi, asal kita menyiapkan keterampilan yang relevan,” ungkapnya.
Pandangan serupa disampaikan Dzimar Akbarur R. P., alumni Prodi Kartografi dan Penginderaan Jauh angkatan 2012 yang kini bekerja di Yayasan Konservasi Alam Nusantara. Sebagai Remote Sensing and GIS Coordinator yang menekuni bidang perairan, ia menilai kesempatan karier tidak hanya terbuka di daratan melalui analisis spasial dan tata ruang, tetapi juga di lautan, misalnya dalam pemetaan ekosistem pesisir dan pengelolaan sumber daya laut.
“Sebagai lulusan geografi, kita bisa menyediakan berbagai assessment data dan mendukung penyusunan zoning plan, termasuk mengkomunikasikan serta mengedukasi hasilnya kepada para pemangku kepentingan,” jelasnya.
Alumni lainnya, Disyacitta Awanda, lulusan Prodi Kartografi dan Penginderaan Jauh angkatan 2013 yang kini berkarier di Fairatmos, menekankan bahwa pembelajaran yang didapat selama kuliah menjadi bekal di dunia kerja. Ia mencontohkan keterampilan sederhana seperti interpretasi visual yang ia pelajari di bangku kuliah menjadi sangat berguna dalam pekerjaannya di industri karbon.
“Hal-hal sederhana saat kuliah bisa sangat berguna, baik di proyek karbon maupun pekerjaan lainnya. Karena itu, penting bagi teman-teman untuk memperhatikan keterampilan yang dilatih selama kuliah,” ujarnya.
Senada dengan Wanda, Nabilah Luthfatur Rohmah alumni Prodi Geografi Lingkungan angkatan 2019 yang kini bekerja di World Resources Institute (WRI) mengatakan bahwa pengalaman riset dan publikasi yang ia tekuni semasa kuliah membantunya masuk ke dunia Non-Government Organization (NGO) internasional.
“Publikasi sangat penting untuk membangun kredibilitas. Beruntung selama kuliah saya mendapat banyak kesempatan riset yang difasilitasi kampus, dan itu sangat membantu ketika masuk ke dunia kerja,” paparnya.
Saat ini, ia menjadi peneliti yang fokus pada isu kelautan, mulai dari keseimbangan sumber daya laut, sistem karbon biru, hingga dampak plastik terhadap keanekaragaman hayati pesisir Indonesia.