
Dalam rangka memperingati Hari Bumi Sedunia, RRI Pro 1 FM menggelar talkshow Dialog Sore bertajuk “Energi Kita, Planet Kita” (Our Power, Our Planet). Pada kesempatan ini, Dr. Djaka Marwasta, M.Si., Dosen Laboratorium Kependudukan dan Sumberdaya Ekonomi (KSE) Departemen Geografi Lingkungan (GEL), Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (FGE UGM), hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut.
Seperti yang diketahui, salah satu masalah besar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terutama di Kota Yogyakarta, adalah masalah sampah. Menanggapi hal ini, Dr. Djaka menguraikan tentang urgensi energi baru terbarukan sebagai solusi untuk menjaga kelestarian planet bumi.
Menurutnya, sampah yang selama ini dipandang sebagai limbah tak bernilai, justru memiliki potensi besar sebagai sumber energi baru terbarukan. “Seperti sampah plastik dapat diolah menjadi bahan bakar baru, sedangkan sampah biomassa dapat menjadi alternatif pengganti batu bara,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa langkah implementasi dapat dilakukan melalui tiga strategi utama. Pertama, edukasi masyarakat agar memahami bahwa bumi adalah milik bersama. Kedua, advokasi untuk memperjuangkan hak hidup aman dan nyaman di bumi. Ketiga, mobilisasi tindakan nyata yang dapat dilakukan demi melindungi bumi.
Dalam upaya tersebut, setiap elemen masyarakat memiliki peran strategis. Akademisi berfokus pada edukasi, birokrasi bertugas melakukan mobilisasi, dan masyarakat umum seperti komunitas maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dapat mengambil peran advokasi.
Ia menambahkan, dalam peranannya yaitu perguruan tinggi telah banyak melakukan upaya edukasi dan advokasi, baik melalui program pengabdian kepada masyarakat, Kuliah Kerja Nyata (KKN), maupun berbagai kegiatan lain yang bertujuan mendampingi masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik.
Meski demikian, menurut Dr. Djaka, upaya yang dilakukan perguruan tinggi tersebut perlu diperkuat dengan kolaborasi lintas sektor. Ia menekankan bahwa sinergi antara akademisi dan berbagai pemangku kepentingan atau stakeholder menjadi kunci untuk mewujudkan masa depan energi yang berkelanjutan.
“Kita harus bergerak serentak bersama, karena jika dilakukan secara parsial, upaya tersebut tidak akan berjalan efektif,” pungkasnya.