Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada (UGM) telah menyelenggarakan SDGs Seminar Series ke #108 dengan mengusung tema “Citizenship and Identity & Writing up Qualitative Research” pada Rabu (22/1). Kegiatan ini selaras dengan pilar yang diusung dalam SDGs, yakni pilar pembangunan hukum dan tata kelola tujuan ke-16 ”Perdamaian Keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat”.
Seminar yang dilaksanakan secara luring di Gedung KLMB, Fakultas Geografi UGM ini turut menghadirkan Prof. Martin Zebracki, Professor of Human Geography and Social inclusion, University of Leeds sebagai pembicara.
Prof. Martin Zebracki membahas mengenai konsep citizenship dan identity. Secara formal citizenship merupakan dokumen formal yang dimiliki setiap individu, identitas kewarganegaraan menjadi representasi latar belakang dan karakter individu. Di lain sisi terdapat cara pandang secara faktual, di mana individu memiliki rasa untuk menunjukkan sisi lain dirinya yang terbentuk atas pengalaman di negara yang berbeda.
Konsep citizenship telah lama muncul dan bermula atas adanya gagasan terkait bagaimana penggolongan individu ataupun kelompok dapat dinyatakan sebagai warga negara tertentu. Status kewarganegaraan menjadi dasar bagi setiap individu untuk memiliki hak dan kebebasan tertentu. Konsep dan gagasan terkait penggolongan kewarganegaraan menjadi asal usul dibentuknya undang-undang kemasyarakatan yang mengatur terkait hak kepemilikan serta batas wilayah, seperti diberlakukannya sertifikat lahan Keterkaitan citizenship dan identity adalah bahwa keduanya merupakan group markers.
Satu hal yang menjadi menarik adalah, dalam menentukannya berarti kita seolah membuat batas atas diri kita, dimana kita adalah bagian dari sebuah komunitas, maka kita mengesampingkan seluruh komunitas lain diluar komunitas kita.
Topik citizenship dan identity menawarkan potensi besar untuk menghasilkan manuskrip penelitian kualitatif yang dapat dipublikasikan. Ketika meneliti fenomena kompleks seperti ini, penting untuk menghindari generalisasi yang berlebihan dan tetap fokus pada konteks spesifik studi. Dengan demikian, kesimpulan yang dihasilkan dapat diaplikasikan pada populasi yang lebih luas juga membuka opportunity untuk kedua topik ini dibahas dalam konteks lain.
Selain itu, peneliti perlu mengklarifikasi secara jelas di mana kebaruan suatu riset serta berdasarkan atas konteks apa riset tersebut. Posisi peneliti sebagai bagian integral dari proses penelitian juga harus diklarifikasi sejak awal, sehingga pembaca dapat memahami perspektif dari mana kesimpulan diambil. Dalam menulis manuskrip, pemilihan kutipan yang relevan sangat penting untuk mendukung argumen. Peneliti juga perlu berhati-hati dalam menginterpretasikan data agar tidak membatasi sudut pandang partisipan. Bahasa yang jelas, format yang terstruktur dengan baik, serta interpretasi yang kritis akan membantu memastikan bahwa hasil penelitian dapat dipahami oleh audiens yang lebih luas.
Sesi terakhir pada seminar ini merupakan sesi diskusi interaktif dari peserta yang terdiri tidak hanya dari unsur mahasiswa, tetapi juga dosen dari berbagai perguruan tinggi baik negeri dan swasta di seluruh Indonesia, pemerintah, private sektor, praktisi-pemerhati SDGs, serta masyarakat umum.