
Dalam rangka kolaborasi internasional antara University of Innsbruck, Austria, dan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), sebanyak 12 mahasiswa dan dua dosen pembimbing dari University of Innsbruck melakukan kolaborasi penelitian bersama Fakultas Geografi UGM dalam rangkaian program Waste Management in Yogyakarta and Surakarta (WAYS) dan Vendors In Street Trade – Ambiguities (VISTA).
Proyek kolaboratif ini berlangsung di Yogyakarta pada 5–10 Juli 2025 dan dilanjutkan di Surakarta hingga 15 Juli 2025. Bersama tim dari Fakultas Geografi UGM, mereka melakukan survei lapangan, wawancara mendalam, serta diskusi dengan pelaku usaha informal, organisasi masyarakat, dan instansi pemerintah di Kota Yogyakarta guna memperoleh data primer. Hasil awal proyek penelitian tersebut kemudian dipresentasikan pada Kamis, (10/7) di ruang Siti Nurbaya Center (SNC), Fakultas Geografi UGM.
Dalam agenda presentasi hasil, Prof. Robert Hafner, B.A., M.Sc., Ph.D., dari University of Innsbruck menjelaskan bahwa proyek WAYS berfokus pada perbandingan sistem pengelolaan sampah berbasis komunitas dan institusional di kedua kota tersebut. “Kami ingin memahami bagaimana interaksi antara sistem formal dan informal bisa menciptakan pendekatan pengelolaan sampah yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Hal ini berangkat dari cepatnya pertumbuhan urbanisasi dan ekonomi di Indonesia yang menyebabkan peningkatan signifikan jumlah sampah, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi otoritas lokal. Menurutnya, pengelolaan sampah di Yogyakarta dan Surakarta merupakan masalah kompleks yang melibatkan pemerintah daerah, organisasi berbasis masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serta pekerja informal.
Dr. Dyah Rahmawati Hizbaron, M.T., M.Sc., Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni Fakultas Geografi UGM, menyampaikan bahwa kunjungan ini merupakan kesempatan istimewa bagi pihaknya untuk belajar lebih banyak dari pengalaman dan perspektif delegasi University of Innsbruck. “Dari sini kita juga bisa melihat apa yang berbeda antara konteks Eropa dan Indonesia, terutama dalam hal sistem yang ada,” ujarnya.
Ia menyoroti perbedaan mencolok antara sistem daur ulang di Eropa dan Indonesia. Ia mencontohkan pengalamannya saat mendapatkan 2 Euro dari mendaur ulang delapan botol plastik di Eropa.
“Di sini, sistemnya sangat berbeda. Kami memiliki praktik rongsok , di mana pengepul datang ke rumah, menilai barang bekas, lalu membayarnya secara langsung. Ini adalah salah satu contoh sistem informal dalam pengelolaan sampah di Indonesia. Dengan begitu, Anda bisa memahami dengan lebih bebas bagaimana alternatif-alternatif itu muncul di sini, dan bagaimana hal-hal yang tidak terstruktur bisa diterima atau diakomodasi,” jelasnya.
Sementara itu, Christian Obermayr, B.Sc., M.Sc., Ph.D., dari University of Innsbruck menjelaskan proyek keduanya, yaitu VISTA, berfokus pada tata kelola dan mata pencaharian pedagang kaki lima di Yogyakarta dan Surakarta. Meskipun menjadi bagian penting dari ekonomi perkotaan, pedagang kaki lima masih berada dalam ruang legalitas yang ambigu.
“Proyek ini bertujuan untuk memahami bagaimana para pedagang beradaptasi dengan regulasi seperti perizinan, zonasi, pajak, dan relokasi. Sekaligus mengeksplorasi dinamika hubungan antara pedagang dan otoritas lokal, serta strategi yang digunakan oleh pedagang untuk bertahan dalam tekanan hukum dan ekonomi,” paparnya.
Dr. Dyah berharap kolaborasi ini dapat terus berkembang dalam beberapa tahun mendatang. Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa Fakultas Geografi UGM memiliki beberapa skema kerja sama yang bisa dikembangkan bersama University of Innsbruck, termasuk penelitian bersama, merancang kurikulum bersama, pertukaran mahasiswa, dan aktivitas akademik lainnya.
“Kami sangat terbuka untuk mengembangkan berbagai peluang kerja sama untuk kita diskusikan bersama, terutama dalam melakukan penelitian secara kolaboratif, membuat kurikulum mata kuliah bersama, ataupun mengundang mahasiswa University of Innsbruck dan kita bisa melakukan penelitian bersama dengan mahasiswa kami,” tutupnya.