
Kehadiran kecerdasan buatan (AI) dalam berbagai bidang, termasuk kartografi tematik, telah membuka babak baru dalam pengolahan data geospasial. Hal ini disampaikan oleh Zulfa Nuraini Afifah, S.Si, M.Sc, alumni Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 2015, dalam kuliah umum pada Senin (11/3).
Zulfa, yang kini sedang menempuh Professorship of Applied Geoinformatics di Institute of Geography, University of Augsburg, Jerman, mengatakan bahwa kolaborasi antara manusia dan AI akan membawa kemajuan signifikan dalam bidang kartografi tematik modern. “AI adalah masa depan, termasuk dalam pemanfaatan GeoAI. Saat ini, penguasaan teknologi AI merupakan suatu kemampuan yang banyak dibutuhkan di berbagai lini,” terangnya.
Ia menambahkan, pada peta tematik sendiri, teknologi kecerdasan buatan geospasial (GeoAI) dapat memainkan peran untuk mendukung proses pembuatan peta. GeoAI tersebut mencakup machine learning, deep learning, big data geospasial, analisis spasial, serta pemodelan dan prediksi spasial.
Perempuan asal Pacitan ini juga memaparkan beberapa referensi studi tentang penerapan AI dalam kartografi. Seperti Artificial Intelligence Studies in Cartography: A Review and Synthesis of Methods, Applications, and Ethics, yang mengkaji metode, aplikasi, dan aspek etis penggunaan AI dalam pembuatan peta. Selain itu, ia juga menyoroti studi berjudul The Ethics of AI-Generated Maps: A Study of DALLE 2 and Implications for Cartography, yang membahas implikasi etis dari peta yang dihasilkan oleh teknologi AI seperti DALL-E 2.
Zulfa juga memperkenalkan konsep Generative GeoAI for Cartography, yang memanfaatkan AI untuk menghasilkan elemen-elemen kartografis secara otomatis. Salah satu contohnya adalah PictoAI: Increasing the Meaningfulness of Cartographic Pictograms Using Artificial Intelligence? (2024). “Sebuah studi ini mengeksplorasi peningkatan kebermaknaan pictogram dalam peta melalui AI, termasuk cara membuat simbolisasi titik menggunakan AI,” terangnya.
Meski AI menawarkan banyak kemudahan, menurutnya penggunaan AI juga memiliki tantangan tersendiri. Misalnya, dalam proses akuisisi data, diperlukan lebih banyak informasi dalam prompt di ChatGPT untuk memperoleh hasil yang akurat. “Kita harus berpikir, memastikan bahwa informasi yang disampaikan melalui peta itu benar atau salah, sesuai dengan kaidah kartografi atau tidak,” tambahnya.
Kuliah umum ini tidak hanya memberi wawasan tentang peran AI dalam kartografi, tetapi juga membagikan pengalamannya yang menginspirasi mahasiswa. Perjalanan akademisnya yang penuh tantangan, diawali dengan kegagalan yang berulang kali dalam meraih beasiswa luar negeri tersebut justru membuatnya ahli di bidangnya.
Zulfa menceritakan bahwa melalui program Erasmus Mundus Joint Masters, ia berhasil menyelesaikan studi S2 di empat universitas di tiga negara, yaitu University of Munich (Jerman), TU Wien (Austria), TU Dresden (Jerman), dan University of Twente (Belanda). Sejak 2023 hingga saat ini ia sedang menjalani Professorship of Applied Geoinformatics, Institute of Geography, University of Augsburg.
“Menguasai 1 bidang saja di kartografi sudah bisa mengantarkan alumni ini sukses di bidangnya. Harapannya mahasiswa dapat menambah ilmu khususnya kartografi dan bisa mengikuti jejaknya untuk studi dan meniti karir di luar negeri,” ujar Drs. Sudaryatno, M.Si, Dosen Fakultas Geografi UGM.