
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) terus memperluas jaringan kerjasama internasional dengan berbagai universitas luar negeri. Salah satunya adalah kerjasama dengan Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Kerjasama ini telah terjalin sebelumnya dan semakin diperkuat dengan kunjungan dari Disaster Preparedness and Prevention Center (DPPC), Malaysia-Japan International Institute of Technology (MJIIT), UTM Kuala Lumpur pada Kamis (7/3). Kunjungan ini sekaligus mengisi kuliah umum bertajuk “Disaster Risk Reduction & Resilience in ASEAN: Commitment to 2030 Agenda and Beyond”.
Dr. Khamarrul Azahari bin Razak, Direktur DPPC MJIIT UTM, berbagi wawasan mengenai peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan, khususnya bagi mahasiswa UGM yang berminat untuk melanjutkan studi di UTM. Ia menyebutkan adanya berbagai beasiswa yang tersedia, baik dari pemerintah Indonesia, pemerintah Malaysia, maupun dari UTM sendiri.
Dalam kuliah umum tersebut, Dr. Khamarrul Azahari bin Razak menekankan pentingnya pengurangan risiko bencana di Malaysia. Ia menyatakan bahwa manajemen bencana telah menjadi area fokus nasional baru di Malaysia. Dr. Mohd Fitri bin Mohd Yakub, yang juga hadir dalam acara tersebut, menambahkan bahwa Malaysia telah membentuk NADMA (National Disaster Management Agency) dan mengembangkan kebijakan serta mekanisme dalam manajemen bencana.
Beberapa inisiatif yang telah dilakukan Malaysia dalam penanganan bencana antara lain Community Based Disaster Risk Management Programme (CBDRM), RAKAN NADMA initiatives untuk meningkatkan partisipasi NGO, Disaster Relief Simulation Exercise (TTX & FTX), dan National Disaster Preparedness Month.
Liyana Hayatun Syamila binti Ramlee, Research Officer dan mahasiswa PhD UTM, juga berbagi wawasan mengenai sistem peringatan dini untuk pemantauan aliran debris dan tanah longsor.
Kunjungan dari UTM ini disambut baik oleh Fakultas Geografi UGM. Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan kolaborasi dan berbagi pengetahuan di masa depan. Kerjasama ini diharapkan dapat memperkuat upaya pengurangan risiko bencana dan meningkatkan ketahanan di kawasan ASEAN, sejalan dengan Agenda 2030 dan seterusnya.