Seminar Nasional dengan tema “Intelegensi Spasial Sebagai Bagian dari Wawasan Kebangsaan dalam Membangun Ketahanan NKRI” merupakan salah satu rangkaian acara dari ARDGISS In Motion 2013yang dinaungi oleh HMJ SIG-PW yaitu ARDGISS. Seminar Nasional yang diadakan pada hari Minggu, 27 Oktober 2013bertempat di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada diikuti oleh mahasiwa Fakultas Geografi dan umum.Kegiatan bertujuan membahas semua permasalahan geopolitik, geoekonomi, dan pertahanan sehingga diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran terhadap intelegensi spasial dan menumbuhkan kecintaan terhadap NKRI.Seminar Nasional ini dibuka oleh Dekan Fakultas Geografi, Bapak Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc dan dilanjutkan kegiatan Seminar dengan Keynote Speech Prof. Dr. Hartono, DEA, DESS. Pembicara yang hadir yaitu Priyadi Kardono, M.Sc (Deputi Badan Informasi Geospasial Tematik), Dr. Ir. Suhatmansyah IS, M.Si (Kepala Deputi II Badan Nasional Pengelolaan Potensi Kawasan Perbatasan), Halik Sandera (WALHI), Prof. Dr. Suratman (Ketua IGI), dan Brigjen (Purn) TNI Makmur Supriyatno (Dosen Univ. Pertahanan Indonesia).Intelegensi Spasial (Kecerdasan spasial) sangat dibutuhkan oleh setiap individu terutama pemimpin untuk menentukan sebuah kebijakan agar sesuai dalam melakukan pembangunan dan pemekaran wilayah.Indonesia sebagai Negara maritimememiliki sumberdaya alam melimpah. Pengelolaan sumberdaya alam harus dilakukan sebijak mungkin, sehingga intelegensi spasial sangat perlu ditanamkan kepada seluruh warga Indonesia. Tersediaanya basis data informasi spasial dengan tema Sumberdaya alam masih terbatas dalam cakupan wilayah dan tingkat kedetailan. Tantangan yang ada yaitu membangun basis data nasional yang meliputi perlunya suatu pembenahan mendasar bagi arah kebijakan, strategi, dan program nasional penyelenggraan informasi geospasial sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Arah kebijakan pengelolaan perbatasan diatur dalam UU. No. 55 Tahun 2004. Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2007, cara pandang daerah perbatasan sebagai daerah belakang harus dirubah menjadi daerah frontier. Maka dengan pandangan tersebut, aksi yang dibutuhkan adalah menjadikan perbatasan itu menjadi daerah yang pantas menjadi daerah terdepan Indonesia. Penetapan dan penegasan batas wilayah negara, peningkatan upaya hankam, penegakan hukum, peningkatan pelayanan sosial dasar harus segera terselesaikan agar dapat merubah kondisi SDA yang terabaikan menjadi lebih baik dengan melakukan pembangunan di daerah perbatasan. Faktor yang mendukung eksploitasi SDA di Indonesia karena penguasa yang menjadi penguasa politik, keterlibatan langsung aktor penguasa dalam institusi negara, SDA sebagai sumber dana. Prinsip yang harus diterapkan untuk diri sendiri yaitu merubah gaya hidup yang sesuai dengan kebutuhan, mengawal kebijakan, mitigasi dan adaptasi. Inetelgensi geografi untuk pemimpin bangsa meliputi 3 pilar yaitu intelegensi spasial, intelegensi natural ekologis, intelegensi regional. Pilar intelegensia geografi tersebut sebagai modal membentuk pemimpin hebat dalam memipin negara dan memajukan martabat bangsa. Berakhirnya pemaparan oleh pembicara menjadi tanda selesainya Seminar Nasional tersebut pada pukul 15.45 WIB dan disertai dengan pembagian sertifikat kepada peserta.