
Di tengah pesatnya perkembangan ekonomi global dan transformasi digital yang mengubah wajah dunia usaha, menjadi mahasiswa bukan hanya soal menimba ilmu di dalam kelas. Pasalnya, masa kuliah menjadi waktu yang tepat untuk menyiapkan diri menjadi pribadi yang adaptif dan inovatif dalam menghadapi peluang karier yang semakin beragam, termasuk di sektor industri kreatif.
Dalam rangka mempersiapkan lulusan menghadapi dinamika dunia kerja, Unit Pengembangan Karier dan Alumni (UPKA) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menggelar Career Development Talks #1 dengan mengusung tema “Creative Industry and Innovation”. Acara yang digelar dalam dua sesi, Jumat (19/09) dan Selasa (23/09), menghadirkan empat alumni inspiratif yang bergerak di dunia industri kreatif. Keempatnya adalah Sarono (alumni KPJ 2010), Diana Febrita (PW 2012), Nur Salam (KPJ 2012), dan Ja’far ‘Ayyasy (PW 2014). Forum ini diikuti sebanyak 55 peserta yang terdiri atas mahasiswa dan alumni Fakultas Geografi UGM.
“Acara ini menjadi masukan penting bagi fakultas dalam pengembangan kurikulum, sekaligus upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa di luar materi perkuliahan,” ujar Kepala UPKA Fakultas Geografi UGM.
Dalam paparannya, Diana Febrita, co-founder Mindstem.id sekaligus mahasiswa magister di Purdue University, membagikan pengalamannya dalam membangun platform edukasi geospasial yang berfokus pada bidang Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM). Sejak berdiri pada 2023, Mindstem.id telah sukses menyelenggarakan berbagai pelatihan dan mendapat respon positif dari masyarakat.
Sementara itu, Sarono, Founder & CEO Technogis Indonesia, menyoroti bahwa lulusan geografi memiliki keunggulan tersendiri seperti spatial thinking dan pemrograman spasial. “Ilmu geografi itu sangat mahal, tetapi kita juga harus tahu bagaimana menjualnya kepada publik atau customer. Kita harus memahami potensi spasial, mencari masalahnya, lalu melahirkan inovasi yang berdampak bagi masyarakat,” jelasnya.
Hal senada disampaikan Nur Salam, Founder & CEO Kainnesia.id. Ia menilai keilmuan geografi memiliki keterkaitan erat dengan aspek perencanaan yang juga dibutuhkan dalam industri kreatif. “Seperti halnya membuat peta, tidak hanya sebatas mengolah data hingga memvisualisasikannya, tetapi juga bagaimana membuat perencanaannya agar data tersebut divisualisaikan dengan baik. Prinsip ini sejalan dengan praktik di industri kreatif,” paparnya.
Adapun Ja’far ‘Ayyasy, CEO Sigma Digital Nusantara, menegaskan bahwa baik sebagai intrapreneur maupun entrepreneur, setidaknya terdapat tiga kunci utama di industri kreatif, yakni kemampuan melihat peluang, keberanian mengambil risiko, dan semangat kolaborasi. Ia juga mengatakan, meskipun nantinya jurusan kuliah tidak sejalan dengan bidang pekerjaan, yang lebih penting adalah mindset dan kerangka berpikir yang dibentuk selama kuliah sebagai bekal utama. “Ada tiga kunci sukses di industri kreatif: kemampuan melihat peluang, keberanian mengambil risiko, dan semangat kolaborasi,” ujarnya.