Yogyakarta, 12 Juli 2024 – Indonesia telah memasuki periode bonus demografi sejak tahun 2015, dengan puncaknya diperkirakan terjadi pada periode 2020-2035. Bonus demografi ini membawa peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan pencapaian tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan. Bonus demografi tahap II, yang ditandai dengan tingginya proporsi penduduk usia tua yang sehat dan berpendidikan, membuka peluang bagi Indonesia untuk tetap produktif dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Laboratorium Kependudukan dan Sumber Daya Ekonomi Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) sukses menyelenggarakan Seminar “Bonus Demografi Tahap II dan Care Economy”. Acara yang dilaksanakan secara hybrid ini berlangsung di Siti Nurbaya Center, Lantai 5 KLMB Fakultas Geografi UGM dan juga diikuti secara daring melalui tautan zoom meeting. Seminar ini menampilkan tiga pembicara terkemuka yang berbagi wawasan dan strategi penting mengenai optimalisasi bonus demografi dan peran strategis care economy dalam pembangunan berkelanjutan.
Seminar ini menghadirkan tiga pembicara utama, yaitu:
- Maliki, Ph.D, Deputi Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas, yang membahas “Pencapaian Bonus Demografi Tahap 2: Implikasi dan Tantangan”.
- Dr. Bonavius Prasetya, Deputi Pengendalian Kependudukan BKKBN Pusat, yang mengangkat materi “Bonus Demografi Tahap II”.
- Nawawi, S.R., M.A., Ph.D, Kepala Pusat Riset Kependudukan, Badan Riset dan Inovasi Nasional, yang menguraikan “Care Economy Roadmap: Pentingnya Dukungan Kebijakan Berbasis Riset”.
Maliki, Ph.D menjelaskan bahwa dominasi penduduk produktif dapat memberikan dampak signifikan pada sektor ketenagakerjaan. Oleh karena itu, peningkatan kualitas penduduk, baik laki-laki maupun perempuan dan semua kelompok umur, sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing di pasar tenaga kerja. Hal ini akan menjamin kesejahteraan dan kondisi sosial yang stabil untuk mencegah krisis di masa depan. Care economy yang melibatkan kerjasama antara keluarga, pemerintah, dan komunitas memiliki peran penting dalam memperkuat sistem perlindungan sosial yang adaptif. Kelompok-kelompok yang mendapatkan dukungan dari care economy meliputi anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas. Hal ini menjadi fondasi pembangunan sosial yang inklusif dan berkelanjutan, yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) terutama SDG 3 (Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan), SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dan SDG 10 (Pengurangan Ketimpangan).
Dr. Bonavius Prasetya, S.Si, M.Eng, mengemukakan bahwa salah satu tantangan utama dari berakhirnya bonus demografi adalah penurunan partisipasi angkatan kerja akibat fenomena penuaan penduduk. Menurunnya jumlah penduduk produktif dapat berdampak negatif pada produktivitas ekonomi. Oleh karena itu, penting untuk mendorong kebiasaan menabung guna mempersiapkan masa tua dan memastikan kesejahteraan lansia.
Strategi dan kebijakan bonus demografi tahap II meliputi pengelolaan pensiun dan kesejahteraan sosial yang mendukung kebutuhan lansia, pemberdayaan lansia agar tetap aktif dalam kegiatan masyarakat, serta pengembangan infrastruktur ramah lansia dan penerapan teknologi yang mendukung kegiatan lansia.
Nawawi, S.R., M.A., Ph.D, menekankan pentingnya roadmap care economy yang berbasis riset dalam menciptakan kesempatan kerja yang layak untuk semua, meningkatkan kesetaraan gender, dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Kebijakan berbasis riset memastikan bahwa setiap langkah yang diambil berdasarkan data dan bukti yang valid, sehingga para pembuat kebijakan dapat membuat keputusan yang tepat dan efektif dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas.
Melalui riset, kebutuhan mendesak dalam sektor perawatan dapat diidentifikasi untuk meningkatkan kualitas layanan perawatan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Care economy memerlukan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk komunitas, tokoh masyarakat dan agama, serta lembaga pendidikan, untuk mengakui nilai penting dari pekerjaan perawatan.
Seminar “Bonus Demografi Tahap II dan Care Economy” yang diadakan oleh Laboratorium Kependudukan dan Sumber Daya Ekonomi Fakultas Geografi UGM berhasil memberikan wawasan yang mendalam mengenai tantangan dan peluang bonus demografi serta peran strategis care economy dalam pembangunan berkelanjutan. Dengan dukungan kebijakan berbasis riset dan kerjasama antar pemangku kepentingan, Indonesia dapat mengoptimalkan potensi demografi dan mencapai tujuan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.