Tim Riset Gunungapi Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan di Gunungapi Anak Krakatau (GAK), sebagai inovasi dalam rintisan Indonesian Disaster Science Techno Park, pada Selasa (17/12) di Ruang Siti Nurbaya Center, Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana, Fakultas Geografi UGM. Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari payung riset yang sedang dikerjakan dan dibiayai oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam skema INSINAS. Prof. Dr. Suratman, M.Sc. selaku ketua tim menjelaskan bahwa tim riset Gunungapi di UGM didukung oleh para dosen dan peneliti dari Departemen Teknik Geologi (Dr. Agung Harijoko dan Dr. Haryo Edi Wibowo); Program Studi Geofisika (Dr. Wahyudi dan Dr. rer.nat. Herlan Darmawan), dan Fakultas Geografi (Dr. Bachtiar W. Mutaqin). Beliau menambahkan bahwa kegiatan ini juga didukung oleh LAPAN dan Badan Geologi sehingga merupakan inovasi penelitian multi dan lintas disiplin, serta menjadi titik awal dan embrio pembentukan S2 Vulkanologi di UGM.
Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr. rer.nat. Muh Aris Marfai, S.Si., M.Sc. dalam sambutannya menyampaikan dukungannya kepada para peneliti dalam tim riset Gunungapi UGM untuk terus berkarya dan berkolaborasi terkait riset-riset gunungapi di Indonesia. Dekan menambahkan bahwa momen ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai langkah awal untuk kerja sama riset lebih lanjut antara peneliti gunungapi di Indonesia dan di dunia.
Dalam kegiatan yang dihadiri lebih dari 60 orang dari berbagai bidang ilmu, informasi tentang GAK disampaikan dengan baik dan jelas oleh tim riset Gunungapi UGM. Informasi tersebut antara lain: perubahan morfologi GAK, analisis geokimia produk erupsi GAK, aktivitas GAK, serta ketidakstabilan lereng GAK dibandingkan dengan gunungapi lain di dunia.
“Terkait dengan rintisan Disaster Science Techno Park di Indonesia, pada tahun 2017 saya sudah melakukan kunjungan dan diskusi dengan University Paris 1 Panthéon Sorbonne di Perancis, University of Postdam di Jerman, University of Twente di Belanda, dan University of Kyushu di Jepang. Mereka sangat senang dan setuju untuk mendukung penuh pendirian Disaster Science Techno Park di Indonesia. Kegiatan ini merupakan langkah awal dan bentuk konkret dari rintisan Disaster Science Techno Park di Indonesia,” ujar Prof. Dr. Suratman.