Desa Semawung memiliki berbagai daya tarik wisata yang meliputi seni budaya, objek wisata, kuliner, dan produk-produk lokal merujuk pada letak geografis desa adalah sektor pertanian dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Pembuatan Peta Potensi Bencana Desa Semawung menggunakan data sejarah bencana dan interpretasi di lapangan. Metode pemetaan dilakukan secara partisipatif yakni dengan melibatkan masyarakat melalui wawancara serta dengan mengumpulkan bukti-bukti foto di lapangan. Selain itu, dilakukan pengumpulan data sekunder berupa data administrasi desa, data bangunan, data jalan, dan data sungai yang sebagian besar diperoleh dari Peta Administrasi Desa Semawung 2018 (http://semawung.id/peta-desa/).
Sektor pendukung ekonomi Desa Semawung yang diwujudkan dengan pengembangan upaya-upaya di bidang wisata patut mempertimbangkan aspek kebencanaan. Daya Tarik wisata yang ada di Desa Semawung dapat dikelompokkan kedalam 2 kondisi, yakni bulan basah dengan bulan kering dimana memiliki tingkat kelembaban udara, ketersediaan air, dan kecenderungan bencana yang berbeda. Pada bulan basah, pengembangan wisata embung, susur sungai, pemancingan, pertanian, dan kerajinan masyarakat sektor UMKM cenderung lebih dominan. Sementara, pada musim kemarau embung lebih baik digunakan sebagai sumber irigasi pertanian/perkebunan, dan pengembangan wisata diarahkan ke sektor lain misalnya outbound, pemancingan, perkebunan, kerajinan dan UMKM.
Potensi dan riwayat bencana yang terdapat di Desa Semawung adalah kekeringan dan tanah longsor. Bencana tanah longsor lebih berpotensi terjadi pada daerah tanggul Sungai Bogowonto, sehingga tidak mengganggu aktifitas pengembangan potensi wisata di Semawung. Kejadian bencana kekeringan pernah terjadi di seluruh Desa Semawung yang terjadi pada musim kemarau, dimana semua objek wisata secara spasial terdampak bencana kekeringan.
Dengan mempertimbangkan potensi bencana kekeringan terutama pada musim kemarau tersebut, objek wisata yang dapat dikembangkan adalah objek-objek wisata yang tidak berbasis air atau hanya membutuhkan sedikit air untuk aktivitas, diantaranya adalah outbond dan perkebunan. Rekomendasi pengembangan pariwisata yang tepat di musim kemarau adalah optimalisasi sektor outbond Dewi Mass dan Kalimasada dengan agrowisata perkebunan.