KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM RTH DI KABUPATEN SLEMAN

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian di Indonesia yang  masih menjadi  sumber penghidupan  masyarakat yang dapat menjaga Indonesia dari kerawanan pangan. Perkembangan jumlah penduduk yang terus meningkat  akan berpengaruh terhadap ketersediaan sumberdaya alam. Salah satu sektor ekonomi yang terdampak adanya pembangunan ekonomi adalah sektor pertanian. Penyusustan luas lahan pertanian selain berdampak secara langsung terhadap penurunan produksi pangan, juga akan berdampak pada berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH)  di suatu wilayah. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengkaji kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan  di Kabupaten Sleman, (2)  Mengidentifikasi distribusi keruangan sektor pertanian yang ada sebagai bagian dari RTH di Kabupaten Slemandan (3) Menganalisis kontribusi sektor pertanian sebagai bagian dari RTH di Kabupaten Sleman 

Penelitian dilakukan di Kabupaten Sleman  yang berbasis data sekunder bersumber dari data Biro Pusat statistik dan citra satelit dari Google Earth.  Metode analisis tujuan penelitian satu , dua dan tiga dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan tabel, grafik maupun peta. Hasil penelitian diharapkan dapat diakses publik dan dapat diketahui dinamika kontribusi sektor pertanian di kabupaten sleman selama 10 tahun  terakhir. Selain itu dapat diketahui  secara keruangan   sebaran sektor pertanian di wilayah Kabupaten Slenan  sehingga dapat diketahui kontribusi sektor pertanian sebagai RTH di  Kabupaten Sleman dibandingkan dengan penggunaan lain di luar  pertanian. (Dr. Rika Harini, M.P.) 

PENGARUH DINAMIKA POLA LANSKAP DAN AKSESIBILITAS TERHADAP HARGA LAHAN DI WILAYAH KEPESISIRAN: STUDI KASUS KOTA SEMARANG DAN KABUPATEN DEMAK

Wilayah kepesisiran diproyeksikan mengalami peningkatan kepadatan penduduk yang pesat dengan urbanisasi yang menekan ketersediaan lahan pengembangan serta ruang untuk keberlanjutan ekosistem. Tekanan ini menyebabkan kenaikan harga lahan yang pada akhirnya mempengaruhi pola perkembangan perkotaan. Kota Semarang sebagai kota terbesar dan pusat kegiatan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah memiliki pertumbuhan penduduk yang tinggi pada periode tahun 2010-2020, disertai kenaikan harga lahan secara signifikan. Pertumbuhan ini juga menekan wilayah kepesisiran Kabupaten Demak, sebagai kawasan penyangga dari Kota Semarang, dengan Jalan Pantura sebagai tulang punggung perkembangan wilayah. Perubahan harga lahan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya apabila tidak diprediksi dengan baik, dapat berdampak pada masalah pembiayaan lahan untuk pembangunan infrastruktur dan perumahan. Penelitian sebelumnya telah mengkonfirmasi 3 faktor utama perubahan harga lahan, yakni bencana pesisir, aksesibilitas, dan pola perkembangan perkotaan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih jauh mengenai pengaruh dinamika pola lanskap dan aksesibilitas terhadap harga lahan di wilayah kepesisiran. Tipologi harga lahan diidentifikasi pada setiap klaster urban, peri-urban, dan rural. Sedangkan faktor pola lanskap dan aksesibilitas diidentifikasi melalui analisis metrik pola lanskap, indeks aksesibilitas dan indeks sentralitas, yang dikonfirmasi melalui persamaan regresi spasial untuk membentuk model harga hedonik terhadap harga lahan pasaran. sementara analisis triangulasi dilakukan untuk menilai hubungan antara tipologi wilayah dan model harga hedonik regresi spasial. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan akademis dan praktis di bidang kajian harga lahan, dan pemilihan lokasi pembangunan infrastruktur perkotaan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi publikasi yang bisa diakses public.  (Rizki Adriadi Ghiffari, S.T., M.Sc.) 

Kata kunci: Pola Lanskap, Indeks Aksesibilitas, Harga Lahan, Pembangunan Pesisir.  

ANALISIS PERUBAHAN POLA PERMUKIMAN KECAMATAN SUKARAJA DI KABUPATEN BOGOR

Perkembangan fisik di Kecamatan Sukaraja terjadi pada tahun 2015 dan 2020. Kecamatan Sukaraja mengalami proses perkembangan ke arah kota karena mendapat pengaruh langsung dari Kota Bogor. Perkembangan permukiman menunjukkan kebutuhan lahan permukiman di Kecamatan Sukaraja terjadi dari tahun 2015 dan 2020. Proses pembangunan permukiman di Desa Cimandala yang tampak dari satelit Google Earth. Adanya lahan agraris dan lahan kosong yang kemudian berubah menjadi lahan permukiman. Lahan terbangun terlihat semakin padat pada tahun 2020. Kondisi lahan terbangun yang ditampakkan melalui citra satelit Google Earth mengalami perbedaan tata ruang lahan terbangun. Pertumbuhan lahan terbangun akan mempengaruhi perubahan pola permukiman. Berdasarkan hasil interpretasi, pertumbuhan kepadatan permukiman terjadi di bagian utara Kecamatan Sukaraja. Kepadatan permukiman menunjukkan tingkat dari kualitas permukiman. Kepadatan lahan terbangun khususnya permukiman perlu diseimbangkan dengan aspek kependudukan, sarana dan prasarana, serta lingkungan. Aspek-aspek tersebut menjadi penting dalam penilaian kualitas permukiman di suatu wilayah. Oleh karena itu, evaluasi perubahan pola dan kualitas permukiman perlu dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan aspek kependudukan, sarana dan prasarana, serta lingkungan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi publikasi yang bisa diakses public. (Ratih Fitria Putri, S.Si., M.Sc., Ph.D.) 

Pola Ekspresi Keruangan Dari Gejala Urban Sprawl di Pinggiran Kota Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola ekspresi keruangan dari gejala urban sprawl di wilayah pinggiran Kota Yogyakarta. Data utama berasal dari data sekunder diperoleh melalui interpretasi Citra Sentinel 2 tahun perekaman 2021 dan deliniasi Peta RBI Tahun 2001. Data lain yang berasal dari instansi dilakukan inventarisasi untuk mendukung penelitian ini. Data lain tersebut berupa Peta Penutup Lahan Kabupaten Sleman tahun 2021 sebagai peta acuan dalam proses interpretasi citra dan data-data yang digunakan untuk penyusunan informasi kondisi umum wilayah penelitian. Sedangkan data primer yang digunakan untuk uji akurasi dalam penelitian ini diperoleh dari kegiatan survai lapangan dengan metode sampel. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan tahap tahap : (1)Tahapan georefrencing dan memberikan batasan administrasi pada Peta RBI dan Citra Sentinel 2, (2) Deliniasi Peta RBI Tahun 2001 dan Interpretasi Citra Sentinel 2 Tahun 2021, (3) Uji akurasi di lapangan dan Reinterpretasi Citra, (4) Menghitung persentase (%) penggunaan lahan, (5) Penentuan klasifikasi variable kepadatan bangunan dan pola jaringan jalan, (6) Pengolahan data atribut dan pemetaan, (7) Overlay Peta Menjadi Peta Morfologi Kota, dan (8) Penentuan bentuk ekspresi keruangan daripada morfologi kota akibat perluasan areal kekotaan (urban sprawl). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi publikasi yang bisa diakses public(Prof. Dr. Sri Rum Giyarsih, M.Si.) 

Kajian Citra PlanetScope 8-band Sensor SuperDove dalam Pemetaan Komposisi Spesies Padang Lamun

Citra PlanetScope merupakan citra satelit multispektral resolusi spasial tinggi dengan resolusi temporal tertinggi, yang sangat bermanfaat untuk pemetaan dan monitoring padang lamun. Kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan citra PlanetScope untuk pemetaan padang lamun adalah kualitas radiometriknya yang tidak konsisten dan banyak noise pada wilayah perairan. Saat ini, Planet telah meluncurkan sensor generasi ketiga bernama SuperDove dengan resolusi spektral yang lebih tinggi (8-band) dan kualitas radiometrik yang lebih baik. Terlebih lagi, produk citra PlanetScope generasi terbaru ini telah mengalami peningkatan kualitas dan konsistensi radiometriknya. Berdasarkan kondisi tersebut, perlu untuk mengkaji sejauh mana perbedaan performa sensor generasi ketiga ini untuk pemetaan padang lamun jika dibandingkan dengan sensor generasi kedua. Tujuan utama penelitian ini adalah mengkaji performa citra PlanetScope 8-band dari sensor SuperDove untuk pemetaan padang lamun dan membandingkannya dengan hasil pemetaan padang lamun dari citra PlanetScope yang dihasilkan dari sensor generasi kedua Dove-R. Perbandingannya mencakup hasil koreksi sunglint, pengurangan noise, akurasi pemetaan habitat bentik, dan akurasi pemetaan komposisi spesies padang lamun. Penelitian akan dilakukan di Pulau Rote, NTT. Metode penelitian mencakup survei lapangan photo-transect, koreksi sunglint, noise reduction menggunakan MNF dan PCA, klasifikasi habitat bentik dan pemetaan komposisi spesies padang lamun menggunakan klasifikasi Random Forest dan Support Vector Machine. Kajian performa SuperDove akan dinilai dari perbandingan antara SuperDove dan Dove-R yang mencakup tingkat keberhasilan koreksi sunglint, tingkat keberhasilan pengurangan noise pada proses noise reduction menggunakan teknik MNF dan PCA, akurasi pemetaan habitat bentik, kurasi pemetaan komposisi spesies padang lamun. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi publikasi yang bisa diakses public. (Prof. Dr. Pramaditya Wicaksono, M.Sc.) 

 

KARAKTERISTIK DAN INTERAKSI PENGHUNI DENGAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PERUMAHAN TERENCANA GATED COMMUNITY

Kota Yogyakarta merupakan kota yang terus berkembang dengan berbagai jenis permukiman di dalamnya, salah satunya adalah permukiman terencana berupa perumahan. Karakteristik perumahan di Kota Yogyakarta menunjukkan beberapa tampilan yang mencari ciri dari suatu lingkungan gated community yang memiliki fitur pembatasan akses dan lingkungan privat bagi penghuninya. Penghuni kawasan perumahan dengan ciri gated community memiliki karakteristik yang dapat mencerminkan strata sosial dan ekonominya yang terlihat berbeda dengan lingkungan sekitarnya yang bukan termasuk gated community. Hal ini dapat menimbulkan proses interaksi yang berbeda antara penghuni gated community dan non-gated community. Perbedaan tersebut dapat memunculkan pembahasan mengenai aspek kerentanan sosial yang dibentuk oleh kedua lingkungan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menjelaskan karakteristik penghuni perumahan terencana gated community dan interaksinya dengan lingkungan sekitar dalam konteks pengkajian aspek kerentanan sosial. Data diperoleh melalui literatur dan sumber sekunder yang dilengkapi dengan observasi ke lokasi-lokasi perumahan terencana. Data primer juga diperoleh melalui wawancara berbasis kuesioner dengan para penghuni perumahan terencana yang menunjukkan ciri gated community. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif untuk mendeskripsikan karakteristik penghuni serta proses interaksinya. Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk memperjelas konteks kerentanan sosial yang terbentuk. Hasil penelitian diharapkan menunjukkan pola interaksi yang khas dari penghuni perumahan terencana berciri gated community dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini juga diharapkan memberikan gambaran kerentanan sosial di lingkungan yang bercirikan gated community di Kota Yogyakarta.  Penelitian ini diharapkan dapat menjadi publikasi yang bisa diakses public. (Dr.rer.pol. Dyah Widiyastuti, S.T., M.C.P.) 

Kata kunci: karakteristik penghuni, interaksi sosial, perumahan terencana, gated community, kerentanan social 

TRAJECTORY PATTERN MINING DARI PASSIVE MOBILE POSITIONING DATA: STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, INDONESIA SELAMA PANDEMI COVID-19 TAHUN 2020

Kumpulan data geolokasi terkait pergerakan manusia beberapa tahun terakhir semakin melimpah sebagai geospatial big data dan secara kuantitatif dapat dipelajari pola mobilitas individu dan kolektif/populasi. Studi tentang mobilitas manusia menggunakan geospatial big data sangat penting untuk aplikasi seperti memperkirakan arus migrasi, prakiraan lalu lintas, transportasi, pariwisata, perencanaan kota, dan pemodelan epidemi. Penelitian ini terutama mengkaji data lokasi dari telepon seluler (Passive Mobile Positioning Data) untuk menambang pola trajectory mobilitas masyarakat selama masa pandemi Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2020. Selain itu, sumber big data geografis lainnya seperti geoportal, data terbuka/bersama, dan data global lainnya ditambahkan sebagai geoenrichment (pengayaan) untuk meningkatkan dan mempertajam analisis pola trajectory. Analisis tipe pola trajectory yang akan ditambang adalah basic motions (constance, concurrence, trendsetter), spatial motions (track, flock, leadership), dan aggregate/segregate motions (convergence, encounter, divergence, breakup). Pola tersebut dianalisis pada penggunaan lahan dan pola agregat pada hari kerja dan akhir pekan, siang dan malam, sehingga pola mobilitas kolektif/penduduk DIY dapat dipahami secara spasial dan temporal. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi publikasi yang bisa diakses public. (Dr. Nur Mohammad Farda, S.Si., M.Cs) 

Kata Kunci: Passive Mobile Positioning Data, Trajectory Pattern Mining, Big Data 

Integrasi Peta dan Citra Penginderaan Jauh Multitemporal untuk Pemetaan Historis Nama Geografis Unsur Permukiman di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketersediaan data geospasial digital yang menggambarkan luasan historis permukiman jarang tersedia sebelum adanya era geoportal maupun era big data citra penginderaan jauh. Di sisi lain, keberadaan data historis tersebut penting untuk mendukung pembangunan permukiman yang berkelanjutan yang memiliki nilai/warisan budaya. Peta multitemporal yang berupa peta cetak, sebagai contoh peta topografi, menjadikan alternatif sumberdata historis untuk mendukung keperluan tersebut. Kabupaten Bantul yang secara geologis merupakan area rawan bencana, keberadaan data distribusi permukiman beserta nama geografinya sangat penting untuk mendukung perencanaan wilayah permukiman secara komprehensif dengan memperhatikan aspek bencana. Oleh sebab itu, kami merencanakan tujuan penelitian ini yaitu 1) inventarisasi unsur permukiman dan nama geografi di Kabupten Bantul dari peta multitemporal; 2) melakukan interpretasi unsur permukiman terkini di Kabupaten Bantul dari citra penginderaan jauh; 3) melakukan analisis spasial nama geografi unsur permukiman di Kabupaten Bantul. Untuk mendukung penelitian ini, data yang dipergunakan yaitu Peta Topografi terbitan Topografische Dienst tahun 1930an, Peta Topografi tahun 1960an terbitan U.S. Army Map Services, Peta Rupabumi Indonesia tahun 2000an terbitan Bakosurtanal (Badan Informasi Geospasial), Citra Penginderaan Jauh (Citra Sentinel 2A) rekaman terkini, Peta Zonasi Kerawanan Bencana Alam dari BPBD Bantul, serta gasetir wilayah. Metode yang diterapkan yaitu ekstrinsik toponim, mengkaji nama geografi unsur permukiman dari unsur pola spasialnya. Diharapkan dari penelitian ini didapatkan peta perubahan permukiman dan nama geografinya secara historis, serta analisis keruangan perubahan tersebut. (Ari Cahyono, S.Si., M.Sc.) 

NILAI LAHAN DI KOTA-KOTA PESISIR RAWAN BENCANA: STUDI KASUS DI KOTA SEMARANG DAN KABUPATEN DEMAK, PROVINSI JAWA TENGAH

Perkembangan kota-kota di kawasan pesisir memperlihatkan akselerasi yang sangat cepat. Perkembangan ini menyebabkan dua hal yang berlawanan, yaitu semakin berkembangnya kawasan pesisir menjadi kawasan perkotaan padat penduduk dengan potensi dan aktivitas perekonomian semakin besar. Di sisi yang lain ancaman terhadap berbagai kerusakan lingkungan dan bencana pesisir akan semakin meningkat. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan kawasan perkotaan dan tingginya risiko kerusakan lingkungan dan bencana dapat menyebabkan nilai lahan yang bervariasi. Secara lebih detail, studi dan penelitian tentang nilai lahan di kawasan perkotaan pesisir yang cepat tumbuh yang juga rawan terhadap bencana sudah dilakukan oleh berbagai peneliti. Sebagian besar penelitian tersebut berbasis pada bencana yang terjadi secara cepat, misalnya gempa bumi, gunung meletus, dan banjir. Namun demikian, studi terkait dinamika nilai lahan di kota pesisir yang rawan bencana jangka panjang (long-term disasters atau slow-onset disasters) masih sangat sedikit dilakukan. Dengan menggunakan studi kasus di kawasan pesisir Kota Semarang dan Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, penelitian ini mencoba untuk berkontribusi terhadap pemahaman mengenai dinamika nilai lahan di Kawasan pesisir yang rawan terhadap bencana jangka Panjang (seluruh jenis bencana yang teridentifikasi) dengan menjawab dua pertanyaan penelitian: 1) bagaimana dinamika nilai lahan di kawasan pesisir? dan 2) bagaimana faktor kebencanaan berpengaruh terhadap nilai lahan di kawasan pesisir? Penelitian yang menggunakan gabungan analisis kualitatif dan kuantitatif ini diharapkan dapat berkontribusi untuk menambah literatur terkait faktor-faktor nilai lahan di kota-kota pesisir yang rawan bencana yang kompleks dan kerusakan lingkungan.  Penelitian ini diharapkan dapat menjadi publikasi yang bisa diakses public. (Dr. Erlis Saputra, M.Si.) 

UJI PENGARUH FAKTOR KERENTANAN FISIK DAN SOSIAL AKIBAT ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI

This research is aimed to conduct two-way anova test to vulnerability factors due to volcanic eruption of Merapi Volcano. The research roadmap to conduct vulnerability assessment for Daerah Istimewa Yogyakarta, has been enormous, due to its various natural hazard distribution. Herewith, the main idea of the research is to seek any relevant contribution from vulnerability assessment of particular research area, such as Kecamatan Turi, an area located at KRB III (the highest risk area due to eruption) compare to the achievement of risk index and sustainable development goals achievement especially target no 11 and 13. The main method implemented to this research is spatial statistics, whereas the normality test, two-way anova and probability test carried out to all the independent variables of the social and physical vulnerability factors available for the research area. There are 14 variables applied in the research such as total population, population by gender, disable group, elderly, children, poor family, pregnant women, number of houses, critical facilities, public facilities and assembly points distribution for emergency at Desa Girikerto and Wonokerto. As to find these proxies, the research try to assess whether the identification of vulnerable elements at the area are contributing to the risk index and sustainable development goals. (Dr. Dyah Rahmawati Hizbaron, M.T., M.Sc) 

Keywords: vulnerability, risk, Sdgs, Merapi, Yogyakarta.  

PENGINDERAAN JAUH DAN TATA RUANG: PERAN RENCANA TATA RUANG TERHADAP EKOSISTEM PERKOTAAN

Dinamika kegiatan sosial ekonomi masyarakat berpengaruh pada penggunaan lahan. Suatu penggunaan lahan dapat diubah oleh masyarakat untuk berbagai kegiatan mereka. Namun, pemerintah sudah menetapkan berbagai perencanaan wilayah termasuk salah satunya ialah Rencana Tata Ruang Perkotaan. RTRW mencakup perencanaan penggunaan lahan yang harus diterapkan secara nyata. Kegiatan yang cukup beragam di Kabupaten Purworejo menjadikan Purworejo semakin berkembang. Hal ini memicu kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan perubahan penggunaan lahan. Adanya perubahan-perubahan penggunaan lahan yang terjadi belum tentu sesuai dengan RTRW. Analisis ekosistem perkotaan ini menggunakan pendekatan penggunaan lahan, indeks, dan beberapa fenomena dari penginderaan jauh untuk analisis ekosistem perkotaan. Peran masing-masing factor juga akan dilihat dalam pengaruh ekosistem. Analisis selanjutnya akan ditampalkan dengan RTRW kemudian dilakukan evaluasi untuk pembangunan yang berkelanjutan. (Dr. Iswari Nur Hidayati, S.Si., M.Sc) 

Pengembangan Purwarupa Wisata Virtual Kawasan Geopark Gunung Sewu Di Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur sebagai Pendukung Pariwisata Berkelanjutan pada Kondisi Kenormalan Baru

Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur dan cukup dikenal sebagai Kota Pariwisata. Kabupaten Pacitan juga memiliki sebagian wilayah yang termasuk dalam Global Geopark Network yakni Geopark Gunung Sewu. Dengan begitu, wilayah ini memiliki potensi wisata yang sangat tinggi dengan diversitas objek wisata yang cukup luas di antaranya berupa wisata alam pantai, gua, dan pemandian air panas yang memiliki nilai budaya. Pandemi Covid-19 memberikan dampak besar secara global dan tidak melewatkan pada wilayah Kabupaten Pacitan. Sektor pariwisata menjadi salah satu yang terkena dampak yang sangat signifikan. Prahara tersebut tentunya mengurangi potensial daripada destinasi wisata dengan mengurangi pergerakan manusia, yang menjadi sumber peran wisatawan. Situasi luar biasa menuntut beragam kegiatan manusia melakukan hal yang baru, tidak terlepas dari pemanfaatan destinasi wisata di wilayah kajian. Salah satu penerapan pemanfaatan potensi situs dapat menggunakan platform berbasis teknologi. Tujuan kegiatan pengabdian ini yaitu 1) Melakukan akuisisi data panoramik di kawasan Geopark Gunung Sewu di Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur; 2) Membuat purwarupa wisata virtual untuk menunjang geowisata kawasan Geopark Gunung Sewu di Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur; 3) Melakukan sosialisasi purwarupa wisata virtual kawasan Geopark Gunung Sewu di Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur kepada masyarakat. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, minat masyarakat terhadap kunjungan dan pelestarian objek geowisata dapat meningkat dan mendukung pariwisata yang berkelanjutan. (Ari Cahyono, S.Si., M.Sc.) 

Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia Pengelola Desa Wisata di Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

Pada tahun 2021, Desa Mranggen telah ditetapkan menjadi Desa Wisata melalui Surat Keputusan Bupati Klaten, hal ini akan berpengaruh terhadap beberapa program pengembangan desa wisata yang memiliki nilai budaya yang akan dilakukan pada tahun 2022. Oleh karena itu, dibutuhkan kesiapan pengelolaan desa wisata yang mampu dan siap menjadi tuan rumah sebagai desa wisata. Maka kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini disusun untuk melaksanakan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia pengelola desa wisata di Desa Mranggen. Pengelola yang dimaksud baik secara structural yang berada dalam kepengurusan desa wisata, maupun para pihak masyarakat Desa Mranggen, yang notabene merupakan bagian dari tuan rumah untuk menjadi desa wisata yang dimaksud. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah untuk merumuskan rancangan sistem pengelolaan desa wisata Mranggen beserta melaksanakan pelatihan peningkatan kapasitas SDM Pengelola desa wisata Mranggen. Harapannya dengan adanya program pengabdian pada tahun ini, Desa Wisata Mranggen sudah siap untuk menerima kunjungan wisatawan dengan sistem pengelolaan dan pelayanan wisatawan yang optimal sebagaimana diatur dalam prinsip pengembangan desa wisata berkelanjutan. (Agung Satriyo Nugroho, S.Si, M.Sc.) 

Kata Kunci: Desa Mranggen, Sumberdaya Manusia, Pengelola Desa Wisata 

PENGARUH DINAMIKA POLA LANSKAP DAN AKSESIBILITAS TERHADAP HARGA LAHAN DI WILAYAH KEPESISIRAN: STUDI KASUS KOTA SEMARANG DAN KABUPATEN DEMAK

Wilayah kepesisiran diproyeksikan mengalami peningkatan kepadatan penduduk yang pesat dengan urbanisasi yang menekan ketersediaan lahan pengembangan serta ruang untuk keberlanjutan ekosistem. Tekanan ini menyebabkan kenaikan harga lahan yang pada akhirnya mempengaruhi pola perkembangan perkotaan. Kota Semarang sebagai kota terbesar dan pusat kegiatan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah memiliki pertumbuhan penduduk yang tinggi pada periode tahun 2010-2020, disertai kenaikan harga lahan secara signifikan. Pertumbuhan ini juga menekan wilayah kepesisiran Kabupaten Demak, sebagai kawasan penyangga dari Kota Semarang, dengan Jalan Pantura sebagai tulang punggung perkembangan wilayah. Perubahan harga lahan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya apabila tidak diprediksi dengan baik, dapat berdampak pada masalah pembiayaan lahan untuk pembangunan infrastruktur dan perumahan. Penelitian sebelumnya telah mengkonfirmasi 3 faktor utama perubahan harga lahan, yakni bencana pesisir, aksesibilitas, dan pola perkembangan perkotaan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih jauh mengenai pengaruh dinamika pola lanskap dan aksesibilitas terhadap harga lahan di wilayah kepesisiran. Tipologi harga lahan diidentifikasi pada setiap klaster urban, peri-urban, dan rural. Sedangkan faktor pola lanskap dan aksesibilitas diidentifikasi melalui analisis metrik pola lanskap, indeks aksesibilitas dan indeks sentralitas, yang dikonfirmasi melalui persamaan regresi spasial untuk membentuk model harga hedonik terhadap harga lahan pasaran. sementara analisis triangulasi dilakukan untuk menilai hubungan antara tipologi wilayah dan model harga hedonik regresi spasial. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan akademis dan praktis di bidang kajian harga lahan, pemeliharaan ekosistem, dan pemilihan lokasi pembangunan infrastruktur perkotaan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi publikasi yang bisa diakses public.  (Rizki Adriadi Ghiffari, S.T., M.Sc.) 

Kata kunci: Pola Lanskap, Indeks Aksesibilitas, Harga Lahan, Pembangunan Pesisir.  

NILAI LAHAN DI KOTA-KOTA PESISIR RAWAN BENCANA: STUDI KASUS DI KOTA SEMARANG DAN KABUPATEN DEMAK, PROVINSI JAWA TENGAH

Perkembangan kota-kota di kawasan pesisir memperlihatkan akselerasi yang sangat cepat. Perkembangan ini menyebabkan dua hal yang berlawanan, yaitu semakin berkembangnya kawasan pesisir menjadi kawasan perkotaan padat penduduk dengan potensi dan aktivitas perekonomian semakin besar. Di sisi yang lain ancaman terhadap berbagai kerusakan lingkungan dan bencana pesisir akan semakin meningkat. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan kawasan perkotaan dan tingginya risiko kerusakan lingkungan dan bencana dapat menyebabkan nilai lahan yang bervariasi. Secara lebih detail, studi dan penelitian tentang nilai lahan di kawasan perkotaan pesisir yang cepat tumbuh yang juga rawan terhadap bencana sudah dilakukan oleh berbagai peneliti. Sebagian besar penelitian tersebut berbasis pada bencana yang terjadi secara cepat, misalnya gempa bumi, gunung meletus, dan banjir. Namun demikian, studi terkait dinamika nilai lahan di kota pesisir yang rawan bencana jangka panjang (long-term disasters atau slow-onset disasters) masih sangat sedikit dilakukan. Dengan menggunakan studi kasus di kawasan pesisir Kota Semarang dan Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, penelitian ini mencoba untuk berkontribusi terhadap pemahaman mengenai dinamika nilai lahan di Kawasan pesisir yang rawan terhadap bencana jangka Panjang (seluruh jenis bencana yang teridentifikasi) dengan menjawab dua pertanyaan penelitian: 1) bagaimana dinamika nilai lahan di kawasan pesisir? dan 2) bagaimana faktor kebencanaan berpengaruh terhadap nilai lahan di kawasan pesisir? Penelitian yang menggunakan gabungan analisis kualitatif dan kuantitatif ini diharapkan dapat berkontribusi untuk menambah literatur terkait faktor-faktor nilai lahan di kota-kota pesisir yang rawan bencana yang kompleks dan kerusakan lingkungan. Penelitian ini diharapkan agar pemanfaatan pesisir dan sumber daya laut lebih diperhatikan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi publikasi yang bisa diakses publik. (Dr. Erlis Saputra, M.Si.)