- SDG's
- Kesetaraan Gender
Pengembangan Konsep Waktu Melalui Pengalaman Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) Dalam Menghadapi Bencana Kekeringan
Geografi waktu adalah pendekatan yang berorientasi pada batasan untuk memahami aktivitas manusia (individu) dengan menyelidiki bagaimana mereka terlibat dalam hubungan sosial dan melakukan aktivitas di lingkungan fisik mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumberdayanya (Ellegard, 1999). Konsep yang dicetuskan oleh Hägerstrand ini merupakan domain penelitian yang aktif dan berkembang sejak tahun 1960-an sampai sekarang. Geografi waktu berinteraksi dengan ilmu-ilmu sosial, misalnya, teori-teori bentuk kehidupan, pola-pola hidup dan kondisi-kondisi kehidupan dari kategori-kategori sosial yang berbeda, termasuk studi gender. Analisis kondisi ruang dan waktu terbukti membantu dalam diskusi mengenai distribusi dan akses terhadap sumber daya yang erat kaitannya dengan hubungan kekuasaan (power relation), yang merupakan inti dari studi gender (Scholten et al., 2012). Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian tahun lalu yang ditujukan untuk mengeksplorasi konsep Geografi Waktu dalam konteks pengalaman Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi bencana kekeringan. Penelitian ini diharapkan pendampingan dan akses kepada perempuan. Dalam penelitian kali ini, difokuskan untuk menstrukturkan konsep waktu melalui pendefinisian waktu oleh Pekka dalam menjalankan aktifitas sehari-hari dan dalam konteks merepon bencana kekeringan. Tujuan penelitian adalah: 1) mengidentifikasi faktor-faktor yang menstruktur waktu dalam kehidupan sehari-hari Pekka; 2) menstruktur konsep waktu melalui pendefinisian waktu oleh Pekka. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan Grounded Theory. Grounded Theory untuk mengembangkan konsep waktu melalui pengalaman dan persepsi Pekka dalam menjalankan penghidupan sehari-hari dan dalam menghadapi bencana kekeringan dengan menggunakan 4 aspek temporal yang telah disusun oleh Kellerman (1994). Lokasi penelitian adalah di Dusun Gunung Butak, Desa Giripanggung, Kapanewon Tepus, Kabupaten Gunungkidul. (Alia Fajarwati, S.Si., M.IDEA.)
Literasi Responsif Gender dan Pembangunan Berkelanjutan I: Raising Children Awareness
Geografi merupakan ilmu yang dipelajari dalam jenjang Sekolah Dasar yang tidakberdiri sendiri, atau melebur pada bentuk pelajaran tematik sesuai kurikulum2013. Geografi dipahami masyarakat sebagai pelajaran menghafal nama daerah atau membacapeta. Konteks pembelajaran Geografi pada jenjang Sekolah Dasar tentunya lebihluasdaripada apa yang dipahami masyarakat secara umum. Untuk itu, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada sebagai pelaksana tridarma (pendidikan, penelitiandanpengabdian) harus berperan serta dalam membangun masyarakat dengan mengamalkanilmu Geografi yang telah dikembangkan di perguruan tinggi sesuai dengan kebutuhanmasyarakat yang dalam kegiatan ini adalah jenjang Sekolah Dasar. Kelompok Studi Gender dan Pembangunan merespon dengan mengusulkan rencana kegiatan yangberhubungan dengan Education for Sustainable Development (ESD) dan bersinergi dengan Sekolah Dasar serta Pemerintah. Implementasi ESD merupakan metode yangtepat dalam memberikan pendidikan formal, informal dan non-formal kepada siswaSekolah Dasar mengenai pentingnya Ilmu Geografi dalam bentuk literasi responsif gender dan pembangunan berkelanjutan. Hal ini diharapkan dapat menyentuh ketigapilar ESD yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi. (Surani Hasanati, S.Si., M.Sc.)
Kata Kunci: Literasi, Responsif Gender, Pembangunan Berkelanjutan, Sekolah Dasar, ESD