Gua Sibodak yang merupakan gua vertikal dan Gua Nguik yang merupakan gua horizontal, keduanya terdapat di Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, menjadi lokasi dilaksanakannya kegitan Latihan Dasar (Latsar) Divisi Penelusuran Gua yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam Fakultas Geografi UGM (GEGAMA). Kegiatan Latsar Penelusuran Gua atau caving dilaksanakan pada tanggal 18 hinggan 20 April 2014 yang lalu.
Latsar Penelusuran Gua kali ini diikuti oleh 24 Anggota GEGAMA dan bertujuan untuk menyampaikan materi penelusuran gua dan pemetaan gua. Materi penelusuran gua terbagi menjadi 2, yaitu berdasarkan jenis guanya. Untuk penelusuran gua vertikal, teknik yang digunakan biasa disebut dengan single rope technic (srt ). Sedangkan untuk penelusuran gua horizontal terdiri atas beberapa jenis tehnik yaitu ducking, chimneying, bridging, merangkak, merayap, dan masih banyak tehnik lainnya yang menyesuaikan dengan kondisi lorong gua yang akan dilewati. Hal tersebut diungkapkan Kepala Divisi Penelusuran Gua sekaligus koordinator lapangan dalam kegiatan latsar ini, Erlyn Matoreang. Pemetaan gua saat latsar kemarin difokuskan di Gua Nguik, sedangkan untuk Gua Sibodak difokuskan untuk tehnik penelusuran gua-nya.
Single Rope Technic, membutuhkan latihan yang cukup intensif, sehingga saat dilaksanakannya penelusuran gua vertikal, peserta benar-benar mampu turun dan naik dengan baik. “Untuk penelusuran gua vertikal, anggota Wira Muda yang melaksanakan latsar sudah menguasai tehnik srt lumayan baik. Tetapi yang perlu ditekankan dalam penelusuran gua vertikal ini, tehnik srt tidak hanya dijalankan dengah hafalan, tetapi mengerti prinsip 2 pengaman, pindah jalur, dan beban,” ungkap Cahyo Eko selaku pendamping lapangan dalam penelusuran gua vertikal.
Pelaksanaan pemetaan gua membutuhkan alat yang cukup banyak. Diantaranya klinometer, meteran, kompas bidik, kondaktris, dan pensil.“Dalam pemetaan gua, dibutuhkan tehnik menggambar yang bagus, karena selain mengukur kita juga harus bisa menggambarkan bentukkan lorong gua dengan baik disetiap stasiunnya, sehingga peta yang digambarkan nantinya bisa dipahami dengan mudah oleh pembaca peta” ungkap Dwiyan Ananda .B .S, selaku peserta latsar penelusuran gua. Widya Nur Fauziah, selaku peserta, juga menuturkan bahwa dalam pemetaan gua membutuhkan ketelitian yang tinggi. Hal ini dikarenakan banyaknya data yang dicatat ditambah kondisi tubuh yang sedikit lelah setelah penelusuran gua.
Kegiatan yang dilaksanakan selama 2 hari 2 malam ini diakhiri dengan pengolahan data untuk pemetaan gua dan penggambaran pemetaan gua. Sehari semalam difokuskan untuk pelaksanaan penelusuran, semalamnya kemudian untuk istirahat, dan keesokan harinya digunakan untuk pengolahan data dan penggambaran peta gua.. (FGE/Cahyo)