Tiga mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) yaitu Gagad Nur Ridho (Program Studi Geografi Lingkungan, Angkatan 2015), Yan Abdi Rahmanu (Program Studi Geografi Lingkungan, Angkatan 2015), dan Astry Zulky Permatasari (Program Studi Geografi Lingkungan, Angkatan 2016) melakukan penelitian untuk mengetahui keterkaitan bentuk lahan dan bencana sambaran petir di Wonosobo. Pemilihan tema tersebut bermula dari adanya berita mengenai pendaki gunung dan petani di Wonosobo yang tewas tersambar petir pada tahun 2017.
Kabupaten Wonosobo merupakan wilayah dengan konfigurasi bentuk lahan yang beragam. Aspek morfologi dan material pada bentuk lahan menimbulkan respon yang berbeda terhadap kerapatan sambaran petir. Kejadian sambaran petir di Kabupaten Wonosobo telah menimbulkan dampak negatif tidak hanya bagi manusia tetapi juga bagi bangunan dan lingkungan. Oleh kerena itu, analisis kerapatan sambaran petir penting dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif akibat sambaran petir.
Data yang digunakan adalah data sambaran petir tipe Cloud to Ground (CG) tahun 2015 – 2017 yang diperoleh dari stasiun BMKG Yogyakarta dan diolah menggunakan software ArcGIS 10.3 dengan pemodelan Kernel Density lalu dianalisis secara kuantitatif-kualitatif. Peta bentuk lahan dan litologi didapatkan dari Bappeda Wonosobo yang diuji akurasi dengan pengamatan lapangan secara langsung.
Hasil penelitian didapatkan bahwa Kabupaten Wonosobo terdiri dari bentuk lahan vulkanik dan struktural dengan material dominan berupa breksi, lava dan tuff yang berpengaruh terhadap banyaknya sambaran petir karena material material tersebut memiliki nilai resistivity yang cukup rendah. Kecamatan Kepil dan Kecamatan Wonosobo merupakan daerah yang memiliki risiko sambaran petir paling tinggi di Kabupaten Wonosobo. Beberapa upaya mitigasi yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko kerugian dan korban meninggal yaitu dengan memasang penangkal petir, mencabut instalasi listrik di dalam rumah ketika terjadi sambaran petir, segera mengakhiri kegiatan di luar rumah ketika awan Cumulonimbus muncul, dan berteduh di bangunan permanen.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kabupaten Wonosobo menyambut baik penelitian ini. “Pemetaan sambaran petir di Kabupaten Wonosobo yang dilakukan teman teman Geografi UGM cukup menarik karena jarang dilakukan dan sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan masyarakat terkait sambaran petir,” ujar Bapak Sulthoni, Humas BNPB Wonosobo, pada Selasa (10/7/2018) usai pemaparan hasil penelitian oleh saudara Gagad selaku ketua tim peneliti. (FGE/Astry)